Langsung ke konten utama

FOOD HABIT IKAN SECARA UMUM

FOOD HABIT (KEBIASAAN MAKAN) IKAN SECARA UMUM
Oleh
WULANDARI


 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan sebagai makhluk hidup di dalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan pemenuhan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangaan serta reproduksi yang dilakukannya. Ikan akan mengambil makanan di perairan kemudian mencernanya dan mengubahnya menjadi energi yang akan mendukung semua aktivitas ikan. Jika terdapat kelebihan energi dari makanannya, maka energi tersebut akan berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan sel ikan. Jadi, kecukupan jumlah makanan ini sangat penting untuk ikan dalam ruang lingkup yang luas.
Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi populasi akibat dari makanan yaitu, jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), lama masa pengambilan dan cara makan ikan (feeding habits). Jadi, kebiasaan makan dan cara makan ikan itu secara alami bergantung pada lingkungan tempat hidup ikan. Makanan yang telah diambil oleh ikan akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya, makanan yang diambil akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan gonad dan keberhasilan hidup suatu ikan.  Menurut Effendi (1997) yang menyatakan bahwa jumlah populasi ikan dalam suatu perairan biasanya ditentukan oleh pakan yang ada. Beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut, yaitu jumlah dan kualitas pakan yang tersedia dan mudah didapatnya pakan tersebut. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan ikan sangat bermacam-macam, bergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Benih ikan yang baru mencari makan, pakan utamanya adalah plankton nabati (fitoplankton) namun sejalan dengan bertambah besarnya ikan berubah pula makanannya.
Ikan yang mampu menyesuaikan diri ditinjau dari segi makanan adalah jenis ikan yang mampu memanfaatkan makanan yang tersedia dan bersifat generalis dalam memanfaatkan makanan alami, sehingga ikan tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kesediaan makanan alami. Plankton dan benthos merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan perpindahan energi, karena mereka adalah penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Ukuran partikel makanan yang cocok, jumlah dan kualitas makanan yang memadai, merupakan faktor penting bagi pertumbuhan ikan. Selanjutnya bahwa dimakannya suatu jenis fitoplankton dan zooplankton secara nyata mempengaruhi pertumbuhan ikan yang hidup di perairan tersebut. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kebiasaan makan ikan merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas dalam lingkup yang luas.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembuata makalah, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan food habit ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan feeding habits ?
3.      Bagaimanakah pengelompokan ikan berdasarkan makanannya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang food habit adalah sebagia berikut :
1.      Mengetahui penngertian food habit dalam lingkup yang luas.
2.      Mengetahui penngertian feeding habits dalam lingkup yang luas.
3.      Mengetahui pengelompokan ikan berdasarkan makanannya.
  
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Food Habits
Food habits ( kebiasaan makan ) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Kebiasaan makan adalah perilaku yang berhubungan dengan makanan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan, distribusi makanan dan cara memilih makanan. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan (food habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis ikan. Menurut Nikolsky 1963 yang menyatakan bahwa kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain habitat, ukuran dan umur ikan, periode harian mencari makanan, serta kompetitor makanan ikan daapat dibedakan menjadi 3, yaitu, makanan utama, makanan pengganti, daan makanan tambahan. makanan utama dalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup besar. makanan pelengkap adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang lebih sedikit. makanan tambahan yaitu makanan yang dikonsumsi dalam jumlah sangat sedikit. selain itu, juga terdapat makanan pegganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia.
Studi tabiat kebiasaan makanan ikan ialah menentukan gizi alamiah ikan itu, sehingga dapat dilihat hubungan di antara organisme di perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi, makanan merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan, sedangkan macam makanan satu jenis ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu. Kebiasaan makanan dapat berbeda dengan waktu lainnya walaupun pengambilan dilakukan pada tempat yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan suasana lingkungannya (Taofiqurohman, 2007).
Dalam daur hidup ikan, selain dari serangan predator, maupun penyakit, perubahan kebiasaan makanan khususnya pada stadia awal merupakan masa kritis yang bisa menyebabkan mortalitas alami. Masa kritis tersebut terjadi pada saat sesudah penyerapan kuning telur selesai, dimana larva ikan mulai mengambil makanan dari luar tubuhnya, sehingga kemampuan larva ikan untuk mendapatkan makanan sangat dipengaruhi oleh kemampuan larva ikan untuk mendeteksi keberadaan makanan, cara menangkap serta bukaan mulut larva ikan yang berkaitan dengan ukuran makanan yang tersedia di perairan. Selain itu kepadatan dan ketersediaan makanan di alam juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup. Mortalitas yang tinggi dapat terjadi apabila larva ikan tidak segera mendapatkan makanan yang sesuai baik jenis maupun jumlahnya (Said,2008).
Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya. Refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya. Menurut Effendie (1997) yang mentakan bahwa untuk mengetahui kebiasaan makan larva ikan digunakan metode jumlah (numerical method) , yaitu dengan membedah isi lambung. Selanjutnya isi lambung diencerkan dengan air sebanyak 2 ml. Isi lambung yang telah diencerkan diletakkan pada sedwick rafter untuk kemudian diamati di bawah mikroskop perbesaran 100X. Identifikasi jenis makanan dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi plankton dari Sachlan (1981), dan Yamaji (1984) Jenis organisme yang ditemukan di lambung ikan kemudian dianalisis. Sebagai penunjang penelitian, selama pengambilan sampel dilakukan pula pengambilan sampel plankton yang diawetkan dengan formalin 4% dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan metode dari Sachlan (1981).
Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yang berlaku. Dalam suatu daerah geografis luas untuk suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya. Namun, jika terjadi perubahan linkungan maka akan menyebabkan perubahan persediaan makanan yang akan mengubah kebiasaan makan ikan. Kenyataanya banyak overlap disebabkan oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana ikan itu hidup, oleh karena itu dalam pemeriksaan untuk menggolongkan ikan berdasarkan kesukaan makanannya memerlukan contoh yang besar diambil dari berbagai macam lokasi, apabila satu spesies ikan telah di ketahui secara umum kebiasaan makanannya, tetapi ketika diambil dari suatu perairan tertentu terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa habitat itu secara alami tidak sesuai dengan ikan itu. Banyak sekali penelitian yang menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama, dengan demikian penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Faktor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran organisme sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan (Affandi,2016).
Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan yang berbeda untuk tiap habitat. Penyebaran organisme makanan ikan di dalam suatu komuniti umumnya akan didapatkan bahwa beberapa persen spesies organisme mempunyai jumlah individu banyak. Spesies sisanya berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau jarang. Penyebaran organisme makanan yang dominan menyebabkan pengambilan makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan organisme yang lain oleh ikan itu akan menurun. Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat diketahui apabila kita menganalisa makanan ikan itu dan membandingkannya dengan makanan yang terdapat dalam perairan. (Djambatan, 2001).
Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga terbentuk suatu ikatan antara mangsa dan pemangsa food chains. Panjang pendeknya rantai makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah dari pada organisme pemakan ikan buas tersebut.

2.2 Feeding Habits
Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata, pembauan dan persentuhan. Ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh lebih banyak menggunakan pembauan dan persentuhan, karena indera penglihatannya tidak bisa berfungsi dengan baik. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya, tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak.
Menurut Indaryanto et al (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan kepada kebisaan hidup dalam lingkungannya, kebiasaan cara makan ikan ditentukan oleh bentuk morfologi iakn, yaitu bentuk dan ukuran mulut, rahang, serta gigi. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang memberikan ikan tersebut suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak mempunyai bentuk tersebut. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan yang sangat kecil dalam persaingan interspesifik, dengan kata lain bahwa spesies tertentu akan mengadakan penyesuaian yang menguntungkan dalam cara pengambilan makanan terhadap lingkungannya.
Aktifitas mencari makan pada ikan di alam bebas merupakan pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan dengan cara penglihatan, perabaan, pembauan. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar makanan harian yang diambil ikan dari berbagi umur dan ukuran. Berdasarkan tentang kebiasaan, kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan pertimbangan terhadap morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat pencernaan ikan tersebut, dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut dapat diketahui gizi alami dan pembatas-pembatas kebiasaan makanan yang mungkin timbul. Ikan tanpa struktur mulut untuk menghisap lumpur tidak akan mendapatkan makanan di bawah batubatu besar padahal makanan disitu cukup banyak.
Menurut Mohtarto dan Juwana (2008), menyatakan bahwa feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering kali di hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivora secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivora ini harus dapat mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang, jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah dicerna, secara kontras ikan karnivor mempunyai usus yang lebih pendek khusus. Beberapa garis besar morfologi usus macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan makanannya. Ikan herbivore tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai lambung yang benar yaitu bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekreasikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat pencern makanannya). Ususnya panjang berliku-liku, dindingnya tipis. Ikan karnivora mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa dan jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan mengilas mangsa, punya lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan elastis. Ikan omnivoraa mempunyai system pencernaan antara bentuk herbivora dan karnivora.
Adapun beberapa tingkah laku ikan dalam kebiasaan mencari makanannya, yaitu sebagai berikut :
1.      Tingkah laku ikan dalam stadia larva
Mata bagi larva ikan merupakan indera yang penting untuk mencari dan menangkap makanannya. Apabila larva menemukan mangsa di depan tubuhnya, maka larva tersebuta akan menggerakkan matanya sehingga berposisi simetris tertuju ke depan. Kemudian, menggerakkan tubuhnya yang berupa loncatan-loncatan kecil, bila mangsa sudah dekat yaitu kira-kira 1–2 mm di depan mulutnya, larva akan mendorong tubuhnya kemudian menangkap mangsanya.
2.      Tingkah laku ikan pemakan plankton
Ikan pemakan palnkton mempunyai mulut relatif kecil dan umumnya tidak ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk mencerna. Ikan pemakan plankton jika makan ada yang suka membentuk suatu kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat, bila mereka menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari pada makan ikan yang makannya terisolir.
3.      Tinngkah laku ikan pemakan bentos
Ikan pemakan benthos dan ikan buas makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan lebih intensif kalau terisolir. Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut untuk meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau makanannya akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan makanan yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan mas yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari pemakan dasar menjadi pemakan rumput.
4.      Tingkah laku ikan buas
Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif akan menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung, Bila mangsa mendekat akan disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat melokalisir mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan cepat jika dibandingka dengan ikan yang terisolir, tetapi hal ini bergantung pada distribusi dan konsentrasi makanan tadi. Kadang-kadang ikan buas mengalami kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa tersebut bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas, kalau kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan secara intensif.

Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu ada yang dua kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yng terus menerus. Pada ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan dengan suplay makanan juga dengan musim, kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan. (Djambatan; 2007).

2.3 Pengelompokan Ikan Berdasarkan Kebiasaan Makannya
Setiap ikan mempunyai ciri, adaptasi, dan cara hidup untuk memepertahankan dirinya. Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh faktor, lingkungan, ketersediaan makanan, habitat ikan dan spesies ikan itu sendiri. Hal tersebut sangat menentukan jenis pakan yang akan dimakannya dan cara pengolahan pakannya.
Berdasarkan tempat pencarian makanannya, ikan dibagi menjadi 4, yaitu :
1.      Ikan dasar perairan atau ikan demersal, yaitu ikan yang mencari makanan di dasar perairan. Pada umumnya ikan jenis ini adalah pemakan detritus. Contohnya : ikan lele dan ikan patin.
2.      Ikan lapisan tengah perairan, yaitu ikan yang mencari makan dengan mengapung di tengah perairan. Pada umumnya ikan jenis ini adalah pemakan ikan yang berukuran kecil. Contohnya: ikan bawal.
3.      Ikan permukaan perairan, yaitu ikan yang mencari makan di permukaan perairan. Pada umumnya ikan jenis ini adalah pemakan plankton dan bersifat fototaksis positif. Contohnya: ikan nila dan gurami.
4.      Ikan menempel, yaitu ikan pemakan bahan organik yang menempel pada benda yang terdapat di dalam air. Contohnya: ikan nilem.

Berdasarkan waktu pencarian makanannya, ikan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Jenis ikan yang aktif mencari makan pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Ikan jenis ini biasanya menggunakan indera penglihatannya sabagai indera utama dalam pencarian makanannya. Contohnya: ikan mas, nila, gurami.
2.      Jenis ikan yang mencari makan pada malam hari. Ikan jenis ini pada umumnya mempunyai sungut untuk meraba makanan di dasar perairan dan mempunyai mata yang tidak berfungsi dengan optimal. Contohnya : ikan patin

Berdasarkan jenis makanannya, ikan dibagi menjadi 3, yaitu :
1.      Ikan Herbivora
Ikan herbivora adalah jenis ikan yang memakan tumbuhan atau makanan nabati. Beberapa contoh dari makanan nabati ikan adalah ganggang benang atau alga filamen. Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivora antara lain ikan tawes, nilem, jelawat, sepat siam, bandeng, gurami dan baronang. Ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan misalnya dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang dan sisa-sisa sayuran. Pemberian makanan buatan sebaiknya dicampur dengan bahan hijauan seperti tepung daun turi, tepung daun lamtoro, tepung daun singkong dll.
2.      Ikan Karnivora
Ikan karnivora adalah jenis ikan pemakan makanan hewani atau daging. Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan makroskopik atau makanan yang berdaging. Daging yang diberikan dapat berupa bangkai maupun hewan hidup yang berukuran kecil, beberapa contoh ikan karnivora yaitu ikan gabus, ikan betutu, ikan sidat, ikan arwana, ikan kakap putih, ikan kerapu dll. Ikan-ikan karnivora pada umumny agak sulit menerima makanan tambahn terutama pakan buatan. Jenis ikan ini pada umumnya menyukai makanan berupa cincangan atau gilingan daging ikan atau hewan-hewan lain yang masih segar. Apabila diberikan makan buatan ikan ini memerlukan latihan yang lama dan komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan aroma cukup merangsang (aroma dagingnya).
3.      Ikan Omnivora
Ikan omnivora adalah jenis iakn pemakan segalanya, baik makanan nabati atau makanan hewani. Jenis makanan ini dapat dimakan selagi masih hidup seperti, gangang, lumut, serangga cacing dan juga dalam bentuk mati seperti limbah industri pertania, bangkai dll. Beberapa contoh ikan omnivora yaitu ikan mas, mujair, lele dll. Ikan omnivora lebih mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan sewaktu masih larva, benih maupun dewasa.
4.      Ikan Planktivorous
Ikan planktivorous adalah jeis ikan pemakan plankton. Biasanya ikan jenis ini bersifat fototaksis positif dan mencari makan ketika terdapat sinar matahari. Plankton adalah organisme hidup yang melayang-layang didalam perairan, gerakannnya pasif dan hanya mengikuti arah arus perairan. Secara bioloogis plankton terdir dari 2 jenis plankton nabati (phytoplankton) contohnya chlorella, tetraselmis, skeletonema, sprirulina dan plankton hewani (zooplankton) contohnya branchianus, moina, daphnia, artemia, cyclops, dan beberapa contoh ikan pemakan plankton yaitu ikan tambakan, yaitu ikan layang. Ikan pemakan plankton baik dari larva sampai dewasa dapat meneraima makanan tambahan maupun buatan. Menurut Leis and Rennis, (1983) larva Hypoatherina sp. merupakan ikan pemakan plankton (planktivorous), dan merupakan ikan pelagis yang hidup secara berkelompok dan seringkali ditemukan di daerah karang. Hypoatherina sp. dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Silverside, dan nama lokalnya adalah ikan Bolo-bolo.
5.      Ikan Pemakan Detritus
Di daerah pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan sebagai rantai pertama diantaranya lamun (Thalassia,dsb), makro algae, mangrove dan mikroflora benthic. Ikan sebagai pemakan detritus dari organisme tersebut sebagai energi menggantikan zooplankton sebagai rantai pada herbivora. Beberapa spesies ikan yang telah sukses sebagai pemakan detritus materual tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng, dan belanak. Ikan pemakan detritus yang sukses hidup di air tawar diantaranya adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila. (Djambatan, 2007).

 Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanannya, ikan dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1.      Euryphagic 
Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.
2.      Stenophagic
Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gani et al (2015) yang menyatakan bahwa keempat jenis fitoplankton yang teramati dalam isi lambung ikan Rono Lindu berasal dari Divisi Bacilllariophyta dan Kelas Bacillariophyceae. Keanekaragaman makanan yang rendah menunjukkan bahwa jenis makanan ikan Rono Lindu relatif sedikit dan dapat digolonggkan sebagai ikan stenophagic.
3.      Monophagic
Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam makanan. Artinya jenis ikan ini, hanya memakan 1 jenis ikan saja.


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Food habits ( kebiasaan makan ) adalah perilaku yang berhubungan dengan makanan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan, distribusi makanan dan cara memilih makanan.
2.      Feeding habits (kebiasaan cara makan) adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan makanannya.
3.      Pengelompokan ikan berdasarkan kebiasaan makannya dibagi menjadi 4, yaitu berdasarkan tempat pencarian makan ada jenis ikan demersal, ikan lapisan tengah, ikan permukaan dan ikan menempel. Berdasarkan waktu  pencarian makan ada jenis ikan yang aktif pada siang hari dan jenis ikan yang aktif pada malam hari. Berdasarkan jenis makanannya ada ikan hrbivora, ikan karnivora, ikan omnivora, ikan planktinovorus, dan ikan pemakan detritus. Berdasarkan variasi makanannya ada ikan euryphagic, ikan stenophagic, dan ikan monophagic.


Daftar Pustaka

Affandi, R.2016.Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy).Jurnal Ilmu-Ilmu                 Perairan dan Perikanan Indonesia.1(2):56-67


Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor. 

Gani,A.,J.Nilawati dan A.Rizal.2015.Studi Habitat Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan Rono                      Lindu (Oryzias sarasinorum POPTA, 1905). Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako.4(3):9-18

Indaryanto,F.R.,Y. Wardiatno dan R. Tiuria.2014.Struktur Komunitas Cacing Parasitik pada Ikan                 Kembung (Rastrelliger Spp.) di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Ratu.Jurnal Ilmu                       Pertanian Indonesia (JIPI).19 (1): 1-8

Leis, J.M. dan Rennis, D.S., 1983. The Larvae of Indo-Pacific Coral Reef Fishes. University of                    Hawaii Press. Honolulu.

Nikolsky, G.V.1963.The Ecology of Fishes. Academic Press. London

Rika,F.2004.Kebiasaan Makanan Ikan Lundu (Arius macullatus Thunberg, 1792) Di Perairan Pantai           Mayangan, Legon Kulon. Jurnal Perikanan.2(3):24-38

Said,A.2008.Penelitian Beberapa Aspek Biologi Ikan Serandang (Channa pleuropthalamus) Di DAS         Musi, Sumatera Selatan.Neptunus.2(4):25-34


Taofiqurohman,A.,I. Nurruhwati dan Z. Hasan.2007.Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habit) Ikan                  Nilem (Osteochilus hasselti) Di Tarogong Kabupaten Garut.Jurnal Perikanan.2(2):36-48



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI Disusun oleh : Dana Yuli Agustina                  26010115120016 Maya Sri Mulyani                     26010115120018 Wulandari                                26010115140094 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016   BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Hal itu tidaklah cukup jika seorang mahasiswa telah memasuki dunia kerja, karena yang didapatkan hanya teorinya saja dan praktikum yang dilakukan juga hanya sebentar (kurang lebih 2 hari 1 malam). Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instans

BAB III PEMBAHASAN LAPORAN HASIL MAGANG PASTEURIZED CARB MEAT PT SUMBER MINA BAHARI

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jadwal Kegiatan Rutinitas PT Sumber Mina Bahari Setiap perusahaan mempunyai kebijakannya masing-masing untuk mengatur rumah tangganya secara internal maupun eksternal. Dalam setiap perusahaan juga memiliki jadwal kerja yang harus dilaksanakan setiap harinya. Proses produksi pada PT Sumber Mina Bahari dilaksanakan setiap Hari Senin sampai Sabtu dan dimulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Seandainya pada hari itu daging rajungan dari  mini plant  masih ada maka diadakan jam lembur yang jumlah jam kerjanya tidak lebih dari 7 jam kerja karyawan normal. Sebelum memulai aktivitas bekerja semua karyawan PT Sumber Mina Bahari harus absen terlebih dahulu dengan cara  scan  sidik jari. Absen inilah yang menunjukkan kehadiran dari karyawan. Ketika memasuki ruang produksi semua karyawan harus dipastikan untuk memenuhi dan mematuhi syarat pada standar GMP yang ada. Untuk memastikan hal tersebut maka sebelum masuk ruang produksi, setiap karyawan dilakukan cheker pada pin