BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PT Sumber Mina Bahari
2.1.1
Gambaran Umum PT Sumber Mina Bahari
PT Sumber Mina Bahari adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perikanan. PT Sumber Mina Bahari adalah salah satu perusahaan di
Indonesia yang terfokuskan pada export marine product. Produk olahan
yang dihasilkan adalah pasteurized crabmeat dan frozen tuna. Di
pasaran, PT Sumber Mina Bahari memiliki legalitas yang tinggi karena kualitas
produknya yang berstandar tinggi dan sangat bagus. Produk pasteurized
crabmeat PT Sumber Mina Bahari menggunakan brand Chicken of The Sea. PT
Sumber Mina Bahari terus berupaya
untuk memberikan produk dan layanan berkualitas untuk mencapai kepuasan
tertinggi pelanggannya dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas dan
kualitas di semua tahapan proses pengolahan produk sampai ke pemasaran produk.
2.1.2
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT Sumber Mina Bahari merupakan perusahan yang masih sangat
muda di Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 2013 merupakan awal pembangunan pabrik
yang digunakan untuk proses produksi. Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2013
adalah tanggal peresmian berdirinya Pabrik PT Sumber Mina Bahari yang bertempat
di Jl. Raya Rembang Tuban KM. 31 Desa Sumber Sari, Kecamatan Kragan Kabupaten
Rembang. Peresmian ini ditandai dengan adanya penandatanganan plakat yang
terletak di depan pintu masuk pabrik oleh Bapak Ruchapol Waechawatchana yang
merupakan Executive Director PT Sumber Mina Bahari. Setelah semua
persiapan yang dilakukan sudah siap, maka pada tanggal 26 Agustus 2013
dimulailah proses produksi di PT Sumber Mina Bahari dengan hasil produk berupa Pateurized
Crabmeat Pruduct.
Adanya nilai-nilai inti yang dipegang oleh PT Sumber mina
Bahari yaitu nilai kejujuran, integritas dan kualitas di semua tahapan proses
pengolahan produk sampai ke pemasaran produk membuat PT Sumber Mina Bahari
berkembang sangat pesat. Di umur perusahaan yang masih 3 tahun ini sudah banyak
sertifikat standarisasi dan penghargaan yang didapatkan. Pada tanggal 3 Oktober
2013 berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO. PER.19/MEN/2010
PT Sumber Mina Bahari mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang di
keluarjan di Jakarta. Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) adalah sertifikat
resmi yang menjelaskan bahwa Unit Pengolahan Ikan (UPI) telah memenuhi
persyaratan GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standard
Operating Procedures). Sertifikat ini dikeluarkan oleh Direktur Jenderal
Perikanan Produk Pemasaran dan Produksi (P2HP), Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Kemudian, pada tanggal 12 Agustus 2014 PT Sumber Mina Bahari
mendapatkan sertifikasi dari Hazard and Critical Control Point (HACCP) yang
rating yang sangat memuaskan, yaitu A. Hazard dan Critical Control Point
(HACCP) adalah sebuah organisasi sertifikasi mutu industri makanan dan
sertifikasi mutu disukai di industri makanan internasional. Persyaratan dasar
bagi penerapan HACCP meliputi Good Manufacturing Practic (GMP) dan Sanitation
Standard Operating Procedure (SSOP) (Thaheer, 2005). HACCP Certified
merupakan persyaratan atau pra-syarat untuk melakukan bisnis dengan
perusahaan-perusahaan besar di dunia. Sertifikasi HACCP akan membuka banyak
pintu bagi perusahaan dan akan memberi akses ke pasar luar negeri yang besar.
Pada tanggal 15 Nopember 2014 PT Sumber Mina Bahari
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang
menunjukkan bahwa semua hal yang berhubungan dengan produk Pasteurized
Crabmeat sudah dapat dipastikan halal. Pada tanggal 28 Desember 2014 PT
Sumber Mina Bahari mendapatkan sertifikasi dari British Retmil Consertium
(BRC) dengan rating nilai B. British Retmil Consertium (BRC) adalah
lembaga sertifikasi eropa yang mempunyai standar kualifikasi yang sangat
tinggi. British Retmil Consertium (BRC) Standar Global adalah
keselamatan dan sertifikasi mutu program yang terkemuka, yang digunakan oleh
lebih dari 23.000 pemasok bersertifikat di 123 negara, dengan sertifikasi yang
dikeluarkan melalui jaringan di seluruh dunia lembaga sertifikasi terakreditasi
.
PT Sumber Mina Bahari juga sudah mendapat sertifikasi dari Food and Drug
Administration (FDA) dengan rating nilai A. Food and Drug Administration
(FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat adalah badan
yang bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk
biofarmasi, transfusi darah, piranti medis, piranti untuk terapi dengan
radiasi, produk kedokteran hewan, dan kosmetik di Amerika Serikat. FDA adalah
badan yang berada di bawah Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat (United
States Department of Health and Human Services) dan memiliki sejumlah
kantor dan pusat layanan yang masing-masing mengkhususkan diri pada bidang
tertentu.
Semua sertifikasi yang dimiliki oleh PT Sumber mina bahari
bertujuan untuk menembus pasar internasional, karena PT Sumber Mina Bahari
merupakan perusahaan export marine product dan buyer dari
produknya adalah Amerika dan Eropa.
2.1.3
Visi dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan yang ada di Indonesia memiliki visi dan
misi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Visi dari PT Sumber mina Baahari, yaitu :
We strive to be the best pasteurized crab international
factory and one of the leading other frozen and dried seafood manufacturing
creating and providing the high quality to meet customer, consumer, and
stakeholder’s satisfaction.
Misi dari PT Sumber
Mina Bahari, yaitu :
1.
Providing high quality, safe, convenience service to build
long-term business relationships & successful partnerships.
2.
Investing in people and creating opportunities for the
continuing growth career paths
3.
Admiring environmental awareness and support long-term
commitment for Sustainability and Fisheries Improvement Program
2.1.4
Lokasi Perusahaan
PT Sumber Mina Bahari bertempat di Jl. Raya Rembang Tuban
KM. 31 Desa Sumber Sari, Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang 59273, Indonesia.
Lokasi perusahaan cukup strategis karena dekat dengan Jalan
Raya Pantura, laut, dan Pelabuhan Tanjung Bonang Sluke, sehingga mempermudah
untuk proses distribusi.
Adapun batas-batas lokasi PT Sumber Mina Bahari, yaitu :
Utara : Pantai Utara Laut Jawa
Selatan : Jalan Raya Pantura
Barat : Muara Sungai Desa Sumbersari
Timur : PT Central Pertiwi Bahari (CPB)
Untuk letak lokasi PT Sumber Mina Bahari lebih jelasnya
dapat dilihat di gambar 1.
Gambar
1. Peta Lokasi Pabrik PT Sumber Mina Bahari Jl. Raya Rembang Tuban KM. 31 Desa
Sumbersari, Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang 59273, Indonesia.
2.1.5
Struktur Organisasi Perusahaan
2.2
Rajungan (Portunus pelagicus)
2.2.1
Gambaran Umum Rajungan (Portunus pelagicus)
Rajungan (Portunus pelagicus) dalam Bahasa Inggris
dikenal sebagai blue swimming crab yang merupakan satu spesies yang
bernilai ekonomis paling penting diantara jenis yang lain seperti Portunus
trituberculatus, Portunus gladiator, Portunus sanguinus, Portunus hastatoides
(Susanto, 2006). Rajungan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan diekspor
ke Singapura, Jepang, Amerika dan Eropa. Ekspor hasil pengolahan rajungan saat
ini berada pada posisi ketiga dari nilai ekspor perikanan Indonesia setalah
tuna, udang dan rumput laut (KKP 2012). Rajungan terdistribusi ke seluruh air
Indo-pasifik, termasuk di hampir di seluruh perairan Indonesia. Beberapa daerah
di Indonesia tercatat telah tereksploitasi dan menggunakan daging rajungan
untuk ekspor, seperti di Bangka-Belitung, utara Jawa (Panimbang, Labuhan,
Serang, Cirebon, Juwana, Rembang, Madura), Sulawesi (Barru, Maros, Makassar,
Kendari), dan Nusa Tenggara Barat (Bima Bay) (Susanto, 2006). Dengan semakin
populernya spesies rajungan, kegiatan pengolahan perikanan rajungan di wilayah
Pasifik dan lautan Hindia telah meningkat sejak awal 1950-an.
Rajungan (Portunus pelagicus Linn) adalah salah satu
komoditas perikanan yang saat ini banyak diminati di pasar internasional
(Sugeng dkk., 2003). Rajungan banyak dimanfaatkan baik untuk industri pengalengan
maupun konsumsi langsung (BBPMHP, 1995).
2.2.2
Klasifikasi Rajungan (Portunus pelagicus)
Klasifikasi rajungan menurut Saanin (1984) dalam Asri (2006)
sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Ordo : Eucaridae
Sub ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
2.2.3
Morfologi Rajungan (Portunus pelagicus)
Suku Portunidae mempunyai karapas atau cangkang lebar
sekali, lebarnya dapat mencapai 2/3 kali panjangnya. Dahi bergigi empat buah,
gigi sebelah luar lebih besar dan lebih menonjol, gigi ini lebih rendah dan
lebih membulat pada individu yang belum dewasa. Capit memanjang, kokoh,
mempunyai duri sebanyak 9, 6, 5, atau 4 pada sisi depan (Asri, 2006).
Gambar 3. Morfologi Rajungan (Portunus
pelagicus)
Berdasarkan Bowman (1972) dalam LIPI (1973),
ciri morfologi rajungan ialah mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan
warna yang sangat menarik. Ukuran karapas pada umumnya lebih besar ke arah
lebarnya dari pada panjangnya dengan permukaan yang tidak selalu jelas
pembagian daerahnya. Sebelah kiri dan kanan karapasnya terdapat duri besar,
jumlah duri-duri sisi belakang matanya sebanyak 9, 6, 5, atau 4 buah duri
besar. Rajungan mempunyai 5 pasang kaki jalan. Yang pertama ukurannya cukup besar dan disebut sapit, yang
berfungsi untuk memegang. Sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi
alat renang.
Hewan ini mencapai lebar 18 cm, sapitnya memanjang, kokoh,
dan berduri-duri. Warna karapas pada rajungan jantan adalah kebiru-biruan
dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina memiliki warna karapas
kehijau-hijauan dengan bercak-bercak keputih-putihan agak suram. Perbedaan
warna ini jelas pada individu yang agak besar walaupun belum dewasa. Pada hewan
ini juga terlihat adanya perbedaan ukuran yang menyolok antara jantan dan
betina. Yang jantan mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dan sapit yang
lebih panjang dibandingkan dengan rajungan betina (Nontji, 1993). Perbedaan
jenis kelamin rajungan dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini :
Gambar 6. Perut Rajungan Jantan Gambar 7. Perut Rajungan Betina
2.2.4
Kandungan Daging Rajungan (Portunus
pelagicus)
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi yang
tinggi. Berdasarkan kandungan lemaknya, hasil perikanan (termasuk kepiting dan
rajungan) dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : golongan kandungan
lemak rendah (kurang dari 2-3%), golongan berlemak medium (2-5%), dan golongan
berlemak tinggi dengan kandungan lemak antara 6- 20%. Rajungan (crab), oyster,
udang, ikan mas, ekor kuning, lemuru, dan salmon termasuk dalam golongan
berlemak medium (sedang) (Winarno, 1993). Komposisi proksimat daging rajungan
antara jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Hasil Analisis Kimia Daging Rajungan
Jenis
Komoditi
|
Protein
(%)
|
Lemak
(%)
|
Air
(%)
|
Abu
(%)
|
Rajungan
jantan
|
16,85
|
0,10
|
78,78
|
2,04
|
Rajungan
betina
|
16,17
|
0,35
|
81,27
|
1,82
|
Sumber
: BBPMHP, 1995
Daging rajungan sebagian besar terdapat pada bagian badan
dan capitnya. Mengingat daging rajungan terdapat pada bagian badan, kaki, dan
capit, maka mutu daging rajungan dapat digolongkan menjadi tiga macam (jenis
daging) (BBPMHP, 1995), yaitu :
1. Daging super yaitu daging badan yang
terdapat di bagian bawah (berhubungan dengan kaki renang) berbentuk gumpalan
besar berwarna putih. Bagian ini juga sering disebut daging jumbo, sedangkan
pecahannya disebut backfin.
2. Daging reguler yaitu daging badan
yang berupa serpihan-serpihan terletak di sekat-sekat rongga badan berwarna
putih.
3. Daging merah yaitu daging yang
berada di kaki dan capit, berwarna putih kemerahan. Bagian ini sering disebut
sebagai clawmeat.
Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan
protein rajungan lebih tinggi daripada kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging
kepiting dan rajungan berturut-turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI,
dan 0,05 mg/100 g (Anonim, 2007).
2.3
Pengalengan pada Pasteurized Crab Meat
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Kaleng timah
(tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Appert pada
dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris,
Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhirabad ke-19,
kaleng timah menjadi standar produk konsumen. Timah dipilih karena relatif
tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat.
Pada pengalengan daging rajungan menggunakan kaleng plat
timah. Menurut Julianti dan Nurminah (2007), plat timah (tin plate)
adalah bahan yang digunakan untuk membuat kemasan kaleng, terdiri dari lembaran
baja dengan pelapis timah. Kelebihan dari tin plate adalah mengkilap,
kuat, tahan karat dan dapat disolder. Fungsi paling mendasar dari kemasan
adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga
lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan.
Pengalengan daging rajungan ini menggunakan teknologi
pengolahan secara pasteurisasi, yaitu suatu proses pengolahan yang
mengoptimalkan proses termal sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba
yang bersifat patogen tapi tidak semua mikroba dan biasanya menggunakan suhu di
bawah 1000C. Tahapan proses pengalengan rajungan biasanya meliputi
penerimaan, sortasi, pengecekan akhir bahan baku, pencampuran, pengisian
daging, penimbangan, penutupan kaleng, pengkodean, pasteurisasi, pendinginan,
pengemasan atau pengepakan, penyimpanan dingin, dan pengangkutan (Moeljanto
1992).
Pasteurized Crab Meat merupakan pemasakan daging dengan tujuan menjaga
ketahanan dari daging rajungan. Pasteurized Crab Meat sangat mudah rusak
dan sekali dibuka, harus dikonsumsi dalam waktu dua hari. Pasteurized Crab
Meat merupakan daging rajungan tinggi protein, rendah lemak dan produk
makanan laut yang serbaguna. Konsumen dapat memakannya langsung dari kaleng,
dicampur dalam sup, adonan dan goreng, atau dicampur pada salad.
Komentar
Posting Komentar