Langsung ke konten utama

BAB III PEMBAHASAN LAPORAN HASIL MAGANG PASTEURIZED CARB MEAT PT SUMBER MINA BAHARI

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Jadwal Kegiatan Rutinitas PT Sumber Mina Bahari
Setiap perusahaan mempunyai kebijakannya masing-masing untuk mengatur rumah tangganya secara internal maupun eksternal. Dalam setiap perusahaan juga memiliki jadwal kerja yang harus dilaksanakan setiap harinya. Proses produksi pada PT Sumber Mina Bahari dilaksanakan setiap Hari Senin sampai Sabtu dan dimulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Seandainya pada hari itu daging rajungan dari mini plant masih ada maka diadakan jam lembur yang jumlah jam kerjanya tidak lebih dari 7 jam kerja karyawan normal.
Sebelum memulai aktivitas bekerja semua karyawan PT Sumber Mina Bahari harus absen terlebih dahulu dengan cara scan sidik jari. Absen inilah yang menunjukkan kehadiran dari karyawan. Ketika memasuki ruang produksi semua karyawan harus dipastikan untuk memenuhi dan mematuhi syarat pada standar GMP yang ada. Untuk memastikan hal tersebut maka sebelum masuk ruang produksi, setiap karyawan dilakukan cheker pada pintu masuk ruang produksi oleh petugas sanitasi. Adapaun tata cara untuk masuk ruang produksi yaitu :

memakai pakaian kerja (sepatu boot, masker, topi, baju, clemek/apron)

pengecekan karyawan (hygiene, kuku, make up, dan aksesoris)

bersihkan seragam, cek dengan roll perekat

mencuci sepatu boot (memakai sabun, disikat, dibilas dengan air bersih)

pencelupan sepatu boot di foot bath berchlorine 200 ppm

cuci muka dengan air hangat

cuci tangan (memakai sabun dan dibilas dengan air hangat)

pengeringan tangan

memakai sarung tangan

Ketika di ruang produksi para karyawan bekerja pada bagiannya masing-masing. Pembagian pada bagian kerja dapat dilihat dengan jelas pada perbedaan warna jas produksi yang digunakan oleh setiap karyawan. Setiap harinya juga harus ada pendokumentasian data yang ada pada masing-masing divisi sesuai regulasi yang digunakan. Ketika ingin keluar ke kamar mandi karyawan harus menulis laporan data di buku yang telah disediakan di meja yang ada di samping ruang ganti laki-laki dan sebelum pulang dilakukan pengecekan oleh satpam bagian dalam di depan pintu masuk pabrik. Saat ingin keluar dari pintu gerbang dilakukan juga pengecekan oleh satpam luar bagi karyawan yang membawa motor.
3.2 Sarana dan Prasarana PT Sumber Mina Bahari
3.2.1 Sarana dan Prasarana Produksi
3.2.1.1. Ruang Produksi
Ketika di ruang produksi para karyawan bekerja pada bagiannya masing-masing. Pembagian pada bagian kerja dapat dilihat dengan jelas pada perbedaan warna jas produksi yang digunakan oleh setiap karyawan. Setiap harinya juga harus ada pendokumentasian data yang ada pada masing-masing divisi sesuai regulasi yang digunakan. Ketika ingin keluar ke kamar mandi karyawan harus menulis laporan data di buku yang telah disediakan di meja yang ada di samping ruang ganti laki-laki dan sebelum pulang dilakukan pengecekan oleh satpam bagian dalam di depan pintu masuk pabrik. Saat ingin keluar dari pintu gerbang dilakukan juga pengecekan oleh satpam luar bagi karyawan yang membawa motor.
3.2.1.2. Ruang Sanitasi
Ruang sanitasi terletak di depan ruang produksi dan di samping tempat pencucian kaki dan tangan. Ruang sanitasi merupakan ruang penyimpanan semua alat dan bahan yang berhubungan dengan divisi sanitasi termasuk pencucian toples dan seragam jas masuk ruang produksi dilakukan di ruang sanitasi.
3.2.1.3. Laboratorium
Laabortorium merupakan ruang penyimpanan bahan dan alat laboratorium. Laboratorium juga merupakan tempat pengecekan kandungan chlorampenical, mikrobakteria dan logam berat pada daging rajungan.
3.2.1.4. Area Teknisi
Area teknisi terletak di ujung timur bangunan PT Sumber Mina Bahari. Di area ini terdapat beberapa ruangan yang sangat mendukung berlangsungnya prosses produksi, yaitu ware house, workshop, storage workshop, engenering, electric refric dan water treatment.
3.2.1.5. Kantor
Kantor terletak di lantai dua banganan PT Sumber Mina Bahari bersebelahan dengan ruang meeting. Kantor ini merupakan ruangan bagi stuff PT Sumber Mina Bahari, yang memakai id card berwarna merah. 
3.2.1.6. Ruang Meeting
Ruang meeting terletak di lantai dua bangunan PT Sumber Mina Bahari bersebelahan dengan kantor. Ruangan ini berfungsi untuk membicarakan/merundingkan masalah-masalah yang berhubungan dengan PT Sumber Mina Bahari dalam skala besar.
3.2.1.7. Ruang Satpam
Ruang satpam terletak di samping pintu gerbang PT Sumber Mina Bahari. Di ruangan ini merupakan tempat jaga satpam luar. Ketika ada tamu yang berkepentingan di PT Sumber Mina Bahari harus memberikan laporan ke ruang satpam terleebih dahulu.
3.2.1.8. Musholla
Musholla terletak di sebelah timur ruang satpam dengan fasilitas tempat solat untuk laki-laki dan perempuan, mukena untuk perempuan, 1 buah toilet, dan tempat wudhu.
3.2.1.9.  Tempat Parkir
Tempat parkir terletak di depan musholla lebih tepatnya bangunan paling timur bagian depan PT Sumber Mina Bahari. Tempat parkir yang ada cukup luas sehingga mampu menampung semua kendaraan dari seluruh karyawan PT Sumber Mina Bahari.
3.2.1.10.Loker Karyawan
Loker karyawan PT Sumber Mina Bahari terletak di lantai satu bangunan pabrik setelah pintu masuk pabrik. Loker antara karyawan laki-laki karyawan perempuan, dan supervisor dijadikan satu tanpa adanya space. 
3.2.1.11. Ruang Istirahat
Ruang istirahat terletak di lantai satu bangunan pabrik bersebelahan dengan loker karyawan. Biasanya ketika jeda jam isoma lokasi ini dipenuhi oleh karyawan PT Sumber Mina Bahari.
3.2.1.12. Ruang Ganti
Ruang ganti terletak di samping toilet dan terdiri dari ruang ganti untuk laki-laki dan perempuan.   
3.2.1.13.Toilet
Toilet terletak di samping ruang ganti dan  antara toilet laki-laki dengan perempuan letaknya saling bersebelahan.
3.2.1.14.Kantin
Toilet terletak di samping ruang ganti dan  antara toilet laki-laki dengan perempuan letaknya saling bersebelahan.
3.2.1.15.Ware House (gudang)
Gudang adalat tempat penyimpanan alat dan bahan yang berfungsi untuk keberlangsungan proses produksi.
3.2.1.16. Tempat Pencucian Kaki dan Tangan
Tempat pencucian kaki dan tangan terletak di depan pintu ruang produksi. Hal itu bermanfaat untuk mempercepat dalam masuk ke ruang produksi, karena jaraknya sangat dekat. 
3.2.1.17. Loading Area
Loading area merupakan tempat berlangsungnya proses pengangkutan produk akhir ke container utuk ekspor. Loading area terletak di sebelah anteuroom dan dihubungkan dengan satu pintu yang sama.    
3.2.2 Peralatan Produksi
Tabel 2. Peralatan Poduksi PT Sumber Mina Bahari dan Fungsinya
No
Nama Alat
Fungsi
1.       
Timbangan receiving
Menimbang daging dari mini plant
2.       
Timbangan produksi 
Menimbang daging, cangkang, sel, dan kaleng yang sudah terisi daging
3.       
Meja kerja stainless steel

Tempat meletakkan semua alat dan bahan yang digunakan selama proses produksi
4.       
Meja timbangan stainless steel
Tempat meletakkan timbangan
5.       
Basket warna merah
Tempat toples yang kotor dan sampah selama proses produksi berlangsung serta alas untuk basket warna kuning
6.       
Basket warna kuning
Tempat daging, es dan toples yang bersih
7.       
Basket warna biru
 Tempat kaleng dan kaleng yang sudah terisi daging
8.       
Basket stainless steel

Tempat produk rajungan kaleng saat di pasturisasi dan di chilling setelah dari seaming
9.       
Pisau
Menyobek plastik daging dari miniplant saat pengecekan organoleptik
10.   
Pinset
Mengambil daging dari miniplant di area receiving untuk uji CCP 1, m mengambil sel, cangkang, kotoran saat penyortiran daging
11.   
Toples
Wadah daging, cangkang, telur dan kotoran
12.   
Baki ukuran kecil
Wadah daging saat penyortiran dan pemasukan daging ke kaleng
13.   
Baki ukuran besar
Wadah pemixingan daging dan tempat es untuk menjaga rantai dingin daging saat penyortiran
14.   
Ember
Wadah air chlorine untuk pencucian peralatan
15.   
Blung
Wadah air chlorine untuk pencucian peralatan
16.   
Serok es
Mengambil es dari basket warna kuning
17.   
Sekop
Mengmbil es dari box ice ke basket warna kuning
18.   
Ice crusher
Menghancurkan es balok
19.   
Keflak
Membuat es secara otomatis
20.   
Pisau es
Memotong es kecil-kecil untuk dimasukkan ke mesin penyelep es balok
21.   
Ganco
Mengambil es balok
22.   
Troli
Mengangkut basket berisi es, toples berisi daging, dan kaleng yang berisi daging ke area yang dituju
23.   
Bakul
Menyaring  daging reject
24.   
Kantong saring
Memeras daging spesial yang banyak kandungan airnya
25.   
Thermometer daging
Mengukur suhu daging
26.   
Thermometer ruang
Mengukur suhu ruang
27.   
Sendok SAPP
Pemberian SAPP ke produk
28.   
Palu penekan daging
Meratakan permukaan daging di kaleng
29.   
Seamer
Mesin penutup kaleng (seaming)
30.   
Can opener
Membuka kaleng
31.   
Tang
Menarik lapisan kaleng agar terbuka lebih lebar dan mudah terlepas
32.   
Jangka sorong
Mengukur ketinggian kaleng
33.   
Mikrometer sekrup
Mengukur seam thickness, seam length, dan seam width
34.   
Radial gauge
Mengecek counter shrink
35.   
Feeler gauge
Mengukur renggang antara roll
36.   
Dial gauge
Mengukur kedalaman kaleng
37.   
Hot tank
Tempat pastirisasi
38.   
Cold tank
Tempat chillling
39.   
Thermoretrifer
Mengukur suhu di hot tank
40.   
Thermometer
Mengukur suhu di cold tank
41.   
Boiler
Penghasil steam
42.   
Kompresor
Penghasil angin untuk mengaduk suhu di hot dan cold tank
43.   
Penyemprot kompresor
Membersihkan kaleng
44.   
Mesin pengkodean
Memberi kode pada kaleng
45.   
Mesin transfer kaleng
Mengirim kaleng dari gudang kaleng ke canning area
46.   
Mesin pelabelan
Memberi label pada kardus karton
47.   
Metal detection
Mendeteksi adanya kandungan Fe, non Fe, dan stainless steel pada daging

3.3 Tahapan Proses Produksi Pasteurized Crabmeat PT Sumber Mina Bahari
Adapun tahapan proses produksi Pasteurized Crabmeat di PT Sumber Mina Bahari adalah sebagai berikut :
3.3..1 Receiving
Supervisor receiving di PT Sumber Mina Bahari adalah Bapak Hilaludin. Beliau yang bertanggungjawab di divisi receiving. Receiving atau penerimaan bahan baku adalah tempat dimana daging (meat) mendapat perlakuan (dwiaryanti, 2013). Bahan baku berupa daging rajungan kupas yang berasal dari miniplant di berbagai daerah seperti Rembang, Demak, Pati, Lamongan, Madura, Semarang, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Cirebon, Luar Jawa, dan lain-lain. Bahan baku dikemas dengan menggunakan wadah toples dan plastik sesuai dengan klasifikasi bagian daging kemudian di masukkan ke dalam styrofoam yang tertutup rapat dengan perekat yang dijaga suhunya 0-3,3 oC. Biasanya dalam 1 bulannya PT Sumber Mina Bahari menerima daging dari mini plant ± 14 container dan dalam 1 container terdapat ± 18 ton daging.

Klasifikasi penerimaan daging dari mini plant dengan klasifikasi pengemasan produk daging rajungan itu berbeda. Klasifikasi daging mini plant tidak terlalu mendetail hanya dibedakan berdasarkan bagian tubuh dan ukuran secara kasar. Adapun klasifikasi daging dari mini plant, adalah sebagai berikut :
1. Claw meat daging pada bagian capit/cakar rajungan dan masuk dalam jenis daging warna merah.

gambar 8. Claw Meat
gambar 9. Claw Meat Area
2. Leg meat merupakan daging pada bagian kaki dan sumsumnya dan masuk dalam jenis daging warna merah.
gambar 10. Leg Meat
3. Jumbo adalah daging yang terletak dibagian dada bawah rajungan dan dalam satu rajungan berjumlah 2 daging jumbo, yaitu kanan dan kiri. Daging jumbo masuk ke dalam daging warna putih dan merupakan daging rajungan yang mempunyai ukuran paling besar.
gambar 11. Jumbo
gambar 12. Jumbo Area
4. Backfin adalah jenis daging warna putih yang terletak di bagian dada. Backfin merupakan pecahan dari daging jumbo, jadi ketika daging jumbo diambil dari rajungan dalam keadaan pecah (tidak utuh) maka masuk ke dalam kategori backfin dan harganya lebih murah dari jumbo.
gambar 13. Backfin
gambar 14. Backfin Area
5. Spesial adalah jenis daging warna putih. Daging spesial mempunyai ukuran daging yang paling kecil dan paling halus, karena daging spesial merupakan pecahan dari daging backfin.
gambar 15. Spesial
gambar 16. Spesial Area
6. Flower 1.      adalah jenis daging warna putiih yang terletak di bagian dada bagian kanan dan kiri rajungan dan berbentuk seperti bunga.
gambar 17. Flower
gambar 18. Flower Area
Receiving adalah tahap yang paling awal dalam proses produksi pengalengan rajungan. Pada dasarnya di receiving terdapat 3 proses yang harus dilalui, yaitu:
1. Temperature log receiving of crabmeat merupakan pengecekan suhu daging dari mini plant. Kisaran suhu daging maximum yang sesuai dengan regulasi receiving PT Sumber Mina Bahari adalah 320-340 F (00-3,30 C).

2. Scale log receiving of crabmeat merupakan pengecekan suhu daging dari mini plant. Kisaran suhu daging maximum yang sesuai dengan regulasi receiving PT Sumber Mina Bahari adalah 320-340 F (00-3,30 C).

3. Pengecekan akomodasi

3.3.2. Organoleptic (Quality Checking)

Organoleptic di PT Sumber Mina Bahari dikepalai oleh Bapak Musyafa'. Organoleptic terletak di area receiving, namun masuk dalam divisi bagian sortir. Organoleptic merupakan pengecekan kualitas daging rajungan dari mini plant. Pengecekannya meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hal ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada daging yang tidak layak produksi atau basi. Jika ada daging yang basi maka dilakukan dokumentasi dan peneguran pada mini plant pengirim. Kemudian untuk daging yang sudah basi masuk dalam proses reject yang biasanya akan dijual untuk pakan ternak.

3.3.3.Chill Storage

Setelah qualitas daging dari mini plant dicek, maka daging langsung dimasukkan ke cold storage untuk menjaga rantai dingin daging agar tidak basi. Hal ini dilakukan karena setelah daging dari mini plant diterima oleh receiving tidak mungkin semua daging bisa langsuunng disortir, jadii untuk menjaga kualitas daging, untuk sementara waktu dimasukkan ke cold storage.

3.3.4. Sorting

Supervisor pada divisi sorting adalah Ibu Rahayu. Proses penyortiran daging dibedakan berdasarkan klasifikasi daging rajungan. Menurut Masyamir (2001), tujuan sortasi adalah memisahkan hasil perikanan menurut jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya. Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran ikan berdasarkan ukuran ikan, dikelompokan sesuai dengan jumlah tertentu untuk setiap pon.  Sebelum proses penyortiran dimulai, semua persiapan yang berfungsi untuk menjaga kualitas daging harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu membersihkan peralatan sortir dengan air chlorine 3 ppm yang sudah tersedia. Kemudian menyiapkan es untuk menjaga rantai dingin daging rajungan agar tidak putus selama proses sorting. Ketika proses sorting berlangsung suhu daging juga harus selalu dicek, kisaran suhu daging harus sesuai dengan regulasi yang digunakan yaitu  320-340 F (00-3,30 C) dan suhu ruangannya antara 200-250 C. Setelah proses sorting peralatan sortir juga harus dibersihkan dengan air chlorine 3 ppm.
Pada bagian penyortiran di PT Sumber Mina Bahari terdapat 4 area, yaitu :
1. Penyortiran Claw Meat
Daging clow meat dan leg meat yang diterima dari mini plant ketika receiving dalam penyortirannya dijadikan 1 area, karena merupakan jenis daging warna merah. Walaupun dalam 1 area tetap saja setiap bagian dagingnya dibedakan dalam wadah toples yang berbeda-beda. Proses penyortiran ini bertujuan untuk membedakan daging yang masih utuh dengan daging yang sudah pecah dan daging reject (daging yang bertekstur sangat lembek dan halus) serta membersihkan daging dari cangkang, sel, telur, dan benda asing yang lainnya. 
gambar 19. Penyortiran Claw Meat

2. Penyortiran jumbo
Penyortiran daging jumbo bertujuan untuk mengklasifikasikan daging berdasarkan ukurannnya dan membersihkan daging dari cangkang, sel, telur, dan benda asing yang lainnya.
gambar 20. Penyortiran Jumbo
Adapun klasifikasi daging jumbo yaitu terdapat dalam tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Daging Jumbo PT Sumber Mina Bahari
No.
Klasifikasi
Ukuran (gram)
1.
Colosal
> 9,8
2.
Jumbo besar
6-9,7
3.
Jumbo Kecil
3,5-5,9
4.
JUS (Jumbo Under Size)
2,5-3,4
5.
Backfine
<2,5

3. Penyortiran spesial
Penyortiran daging spesial bertujuan untuk memisahkan daging dengan cangkang, sel, telur dan benda asing yang lainnya serta memisahkan daging yang bertekstur sangat lembek untuk reject. Terdapat perlakuan khusus pada penyortiran daging spesial, yaitu pemerasan daging dengan kantong saring untuk mengurangi kandungan air pada daging. Karena ukurannya yang sangat lembut, sehingga kandungan airnya cukup banyak.
gambar 21. Penyortiran spesial
4. penyortiran Flower
Penyortiran daging flower bertujuan untuk membedakan daging yang bentuk flowernya masih utuh dengan daging yang bentuk flowernya sudah pecah/rusak serta memisahkan daging dengan sel, cangkang, telur dan benda asing yang lainnya.

3.3.5. Final Sorting
Final sorting merupakan penyortiran tahap akhir. Tujuan dari final sorting ini adallah untuk meminimalisir adanya cangkang, telur, sel dan benda asing yang lainnya dalam adaging.  Area final sorting dibedakan berdasarkan warna dari daging.  Dalam penyortiran ini terdapat dua area, yaitu :
1. Checker
Checker merupakan area penyortiran akhir untuk daging yang berwarna merah. Setelah daging dari area penyortiran clow maka langsung di serahkan ke area checker untuk disortir kembali dengan detail agar tidak ada sel, cangkang, telur dan benda asing lainnya yang tercampur dengan daging.

2. Black Lump room
Black lump room merupakan area penyortiran untuk daging yang berwarna putih. Karena warna dagingnya yang putih, jadi untuk penyortiran akhirnya menggunakan lampu UV . Lampu ini berfungsi untuk membuat cangkang, sel, telur dan benda asing yang lainnya terlihat lebih jelas, karena warnanya akan menyala. Jadi mudah untuk diidentifikasi dan meminimalisir adanya cangkang dan sel dalam daging. 
gambar 22. Black Lump Room

3.3.6.  Weighing
Weighing adalah proses penimbangan daging dan limbah buangan (sel, cangkang, telur, benda asing) setelah proses sorting. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa bersihkah daging yang dikirimkan dari mini plant ke PT Sumber Mina Bahari untuk bahan evaluasi dari mini plant. Data hasil timbangan dari sorting nantinya akan dicocokkan dengan data timbangan di area receiving.

3.3.7. Metal detecting
Weighing adalah proses penimbangan daging dan limbah buangan (sel, cangkang, telur, benda asing) setelah proses sorting. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa bersihkah daging yang dikirimkan dari mini plant ke PT Sumber Mina Bahari untuk bahan evaluasi dari mini plant. Data hasil timbangan dari sorting nantinya akan dicocokkan dengan data timbangan di area receiving.
1.      Start pada mesin
2.      Lewatkan daging yang sudah dikemas dalam toples ke confeyor metal deteector
a.       Apabila terdeteksi adanya metal maka mesin akan berbunyi dan berhenti
b.      Apabila tidak terdeteksi adanya metal maka mesin tidak akan berbunyi dan tidak akan berhenti
3.      Jika berbunyi maka ulangi 3 kali
a.       Apabila mesin masih berbunyi sampai 2 kali maka produk dimasukkan ke dalam basket yang berlebel hold.
b.      Apabila mesin sudah tidah berbunyi sampai 2 kali maka produk dimasukkan ke dalam basket yang berlebel release.
4.      Daging yang sudah berlabel release lanjut ke proses mixing/blanding lalu dipisahkan sesuai tipe dan jenisnya.
5.      Daging yang berlabel hold kembali ke proses sortir.

3.3.8. Cill storage
Stelah proses organoleptic menuju ke sortir terdapat tahapan chill storage. Hal itu juga terjadi setelah proses metal detecting menuju ke mixing. Karena tidak mungkin semua daging rajungan yang sudah melewati metal detector dapat langsung dimixing. Ada batasan untuk hal itu, karena yang digunakan adalah tenaga manusia. Jadi ketika menunggu berlangsungnya proses mixing dan filling, daging yang sudah melewati metal detector disimpan dulu di cold storage agar rantai dinginnya tidak putus dan kualitas daging tetap terjaga dengan baik. 

3.3.9. Mixing
Mixing merupakan pencampuran daging rajungan dengan grade, mutu dan ukuran yang sama, dan telah melalui proses pemeriksaan dan sortir yang sama, untuk memperoleh kualitas daging yang baik. Pencampuran daging berdasarkan pada jenis daging yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan standar yang ditetapkan oleh buyer, seperti besar/kecilnya daging rajungan di dalam kaleng, bentuk daging harus bagus/tidak boleh hancur. kemudian antara daging disesuaikan dengan jenis ukurannya seperti collosal dengan collosal, jumbo lump dengan jumbo lump, clawmeat dengan clawmeat.
gambar 23. Hasil Mixing Merus

gambar 24. hasil mixing backfin
gambar 25. hasil mixing spesial
Menurut Akhmadi (2006), mixing merupakan pencampuran daging rajungan dari satu pemasok dengan daging rajungan dari pemasok lain untuk memperoleh kualitas daging yang baik. Proses ini dilakukan oleh QC dengan menggunakan bak yang telah dilapisi es bagian dalamnya dan pencampuran dilakukan secara manual dengan menggunakan sarung tangan serta satu persatu toples dibuka dan diamati warna daging dan bau.

3.3.10. Filling
Filling termasuk dalam bagian area canning dengan supervisor  Ibu S. E. Ita R. Filling adalah proses memasukkan daging hasil pemixingan ke dalam kaleng yang sudah dicuci dengan air. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses filling yaitu SAPP (Sodium Acid Pyrophospat) sebagai bahan pengawet dan menambah cita rasa. Penambahan SAPP sesuai dengan standar yaitu 1,2 gram dalam 2 kali penaburan yaitu di bagian bawah (0,6 gram) pada saat sebelum daging rajungan di masukan ke dalam kaleng hingga penuh dan pada bagian atas (0,6 gram) setelah penimbangan dan disebelum di seamer. Ukuran timbangan kaleng 454 gram isi produk per kaleng. Tujuan filling yaitu memasukan daging rajungan yang telah dicampur ke dalam kaleng sesuai dengan spesifikasi produk. Tiap kaleng telah memiliki label, sehingga petugas tinggal memasukan daging rajungan yang sesuai dengan label kaleng.
SAPP atau disodium pyrophosphate (Na2H2P2O7) dengan berat molekul 221,94 g/mol merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam proses pengalengan daging rajungan. SAPP merupakan bahan tambahan pangan yang berwujud bubuk berwarna putih, licin dan larut dalam air. SAPP memiliki dua fungsi sebagai bahan tambahan pangan. Fungsi SAPP yang pertama sebagai sequestrant yaitu phospat pada SAPP memiliki kemampuan untuk mengkelat logam Cu dan Fe pada lapisan kaleng (Claus et al., 1994). Kemampuan mengkelat ini dapat mencegah terjadinya reaksi Cu dan Fe yang terdapat pada lapisan kaleng dapat sebagai katalis oksidasi lemak pada daging rajungan sehingga dapat mengkompleks dan merubah warna daging menjadi biru atau biasa disebut dengan bluing (Mar-less, 2006).
Pada filling ini juga dilakukan penataan bentuk daging di dalam kaleng supaya terlihat rapi dan menarik ketika konsumen membuka kemasan kaleng daging rajungan. Setelah daging tertata rapi lalu ditambahkan larutan SAPP untuk kedua kalinya. Penambahan larutan SAPP yang kedua ini dimaksudkan untuk meratakan larutan tersebut keseluruh isi kaleng. Tidak ada penambahan media seperti air garam, minyak dan saus, karena pada proses pengalengan daging rajungan ini hanya menggunakan  bahan tambahan SAPP.
gambar 26. hasil filling collosal
gambar 27. hasil filling claw

3.3.11.  Final weighing
 Setalah daging dan SAPP dimasukan dalam kaleng, maka dilakukan penimbangan akhir agar tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan berat isi daging rajungan. Berat standar yang ditentukan untuk daging rajungannya saja yaitu 454 gram. Jika kelebihan isi, maka akan dikurangi isisnya untuk dimasukan ke dalam kaleng selanjutnya dan jika beratnya kurang, maka dilakukan penambahan daging.

3.3.12. Seaming
Pada penutupan kaleng, sebelum ditutup dicek dulu bahwa SAPP telah ditambahkan di bagian atas produk oleh petugas. Selanjutnya di beri tutup dengan label atau merek sesuai dengan jenis dagingnya dan ditaruh di atas mesin seamer. Seaming dilakukan oleh satu orang petugas saja karena mesin yang digunakan masih bersifat manual. Sedangkan untuk supervisor yang bertanggungjawab pada divisi seaming adalah Bapak Lasmuri. Arti dari seaming itu sendiri adalaah proses akhir dari pengalengan untuk menjaga keawetan dan keamanan bahan makanan selama proses pengiriman sampai dikonsumsi oleh konsumen.
Secara garis besar proses seaming, yaitu :

check finishing kaleng

kaleng daging ditimbang

pendressingan sesuai kode (meja seaming)

pengecekan jenis daging dan tutup

pembersihan bibir kaleng dari sisa SAPP

proses penyimingan

masuk bak air es / cleaning (clhorine 3ppm)

check visual examination (30 menit sekali)

masuk basket pastursasi

Mutu dari produk juga sangat ditentukan oleh efisiensi dari mesin seamer tersebut. Untuk menjaga efisiensi dari mesin, maka setiap 2 jam diambil 2 kaleng dari 2 basket kaleng untuk dilakukan pengecekan ouble seam. Dimensi kaleng yang diukur yaitu tunggi kaleng, lebar seam, ketebalan seam, counter sink, kait depan, kait badan, bebas kerut, dan overlap kaleng. Jika dimensi kaleng tidak sesuai dengan standar dari perusahaan, maka dilakukan penyetingan kembali mesin double seamer. Pengecekan dari dimensi kaleng ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebocoran pada produk akibat seaming. Pada saat penutupan kaleng, daging rajungan telah memenuhi seluruh isi kaleng sehingga tidak dimungkinkan adanya head space pada kaleng. Proses exhausting juga belum diterapkan pada perusahaan ini dikarenakan head space yang juga sudah tidak ada. Untuk memenuhi prosedur standar (regulasi) pengalengan berdasarkan jenis kaleng yang digunakan yaitu CUC maka digunakan spec Tb 0,21 mm dan Tc 0,21 mm.  

3.3.13. Pasteuritation
Setelah produk selesai diseaming, maka kaleng - kaleng akan di masukan ke dalam basket pasteurisasi dan di susun rapi. Di pasang pallete sebagai pembatas antar lapisan kaleng agar memudahkan mengambil kaleng dan mencegah kaleng berubah bentuk (rusak) akibat tekanan dari kaleng diatasnya. Dalam 1 basket terdapat 90 kaleng. Supervisor pada divisi pasturisasi adalah Bapak Tarkum. Biasanya proses pasturisasi dimulai pukul 09.00 karena menunggu produk hasil seaming.
Di area pasturisasi PT Sumber Mina Bahari terdapat 4 hot tank. Kapasitas 1 hot tanknya adalah 9 basket. Air di hot tank hanya digunakan selama satu hari pasturisasi saja. Proses pasturisasi dimulai dengan mengisi hot tank dengan air bersih kemudian mesin boiler dimehidupkan untuk menghasilkan steam lalu untuk meratakan suhu yang ada di hot tank maka mesin kompresor dihidupkan. Ketika suhuair di dalam hot tank sudah sesuai dengan regulasi pasturisasi yang digunakan maka basket dimasukkan ke dalam hot tank. Regulasi pasturisaasi yang digunakan oleh PT Sumber Mina Bahari adalah pemanasan dengan suhu air di hot tank sebesar 1870-1890 F selama 2 jam 20 menit dan suhu internal pada daging sebesar 1850 F. Untuk menjaga kestabilan suhu maka dilakukan pengecekan suhu setiap 1 jam sekali dengan aplikasi software thermoretrifer. Software ini secara otomatis akan memasukkan data suhu di hot tank ke komputer administrasi. Sehingga setiap 1 jam sekali dilakukan kalibrasi suhu. Jika besarnya suhu tidak sesuai dengan regulasi maka alarm pasturisasi secara otomatis akan berbunyi dan secara otomatis pula mesin boiler akan menaikkan steamnya sampai suhu yang diinginkan. hal itu juga terjadi jika suhunya terlalu tinggi maka secara otomatis mesin boiler akan mengurangi steamnya. Untuk mengetahui suhu internal yang ada pada daging rajungan, maka dalam satu hari ada 2 produk yang digunakan untuk sampel.  
Dari data penetrasi panas ini yang menghubungkan suhu dan waktu pemanasan, sehingga diperoleh lethal rate yang dihitung dengan rumus:
 L= tA x 10((TA-TRef)/ZA)
Dimana:
tA= Waktu interval
Tref= suhu referensi
TA= Suhu pada waktu T
ZA= Z-value (Z=16)
Kemudian setelah didapat lethal rate, dapat dihitung F-value dengan menggunakan rumus:

 Selanjutnya; kaitan antara F-value atau F185(z=16) dengan daya awet secara empiris dapat dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan F-value dengan Daya Awet
Sumber: Rippen et al., 1993
Jadi pengertian pasturisasi menurut Bapak Tarkum Supervisor Pasturisasi PT Sumber Mina bahari adalah suatu proses pemanasan pada suatu produk pada waktu dan suhu tertentu secara biologis daging rajungan akan terbeebas dari mikroba dan secara kimia tidak mengurangi kandungan pada produk serta secara fisik tidak mengubah tekstur, warna, dan bentuk daging rajungan. Hal ini diperkuat oleh Muchtadu dan Sugiono (2013) yang menyatakan bahwa pasteurisasi adalah proses termal yang dilakukan pada suhu kurang dari 1000C akan tetapi dengan waktu yang bervariasi dari mulai beberapa detik sampai beberapa menit tergantung dari tingginya suhu tersebut. Makin tinggi suhu pasteurisasi, makin singkat proses pemanasannya. Pasteurisasi umumnya suatu proses termal yang dikombinasikan dengan proses pengawetan lainnya seperti proses fermentasi atau penyimpanan pada suhu rendah (refrigasi). Tujuan utama proses termal dalam pasteurisasi adalah untuk menginaktifkan sel - sel vegetative dari mikroba pathogen.

3.3.14. Chilling
Proses pendinginan merupakan perlakuan thermal shock pada produk dengan pendinginan pada suhu sesuai regulasi chilling yaitu 320-360 F dan suhu internal produk sebesar 500 F  selama 2 jam menggunakan air bersih yang mengandung chlorine 3 ppm dan ditambahkan es balok pada cold tank. Proses ini di lakukan segera setelah proses pasteurisasi selesai dilakukan, Pada tahap pendinginan juga dilakukan pemantauan secara berkala terhadap suhu air dan f-value. Bak pendingin juga dialiri gas yang menimbulkan gelembung udara yang berasal dari kompresor dan bertujuan untuk meratakan suhu. Proses ini ditujukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang terkandung dalam daging setelah proses pasturisasi. Supervisor yang bertanggungjawab dalam proses chilling adalah Bapak Tarkum.
Pengecekan suhu pusat produk dan air es dilakukan setiap 30 menit sekali dengan meenggunakan termometer manual dan dicatat hasilnya pada log book oleh petugas. Es yang digunakan adalah es yang dibeli dari perusahaan penyedia es, yang telah diuji di dalam laboratorium. Pengguanaan air pada tangki chilling ini juga hanya dipakai untuk satu hari saja, selebihnya dibuang.
Menurut Adawyah (2007), wadah harus cepat didinginkan segara setelah proses sterilisasi selesai, dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam proses dan untuk mempertahankan mutu produk akhir. Selain itu, selama produk berada pada suhu antara suhu ruang dan proses, pertumbuhan spora bakteri yang masih bertahan akan menyebabkan shock sehingga akan mati.

3.3.15. Packing and Labelling
Setelah produk selesai dipasteurisasi dan chilling, maka semua kaleng dikeluarkan dari tangki chilling  agar air yang masih menempel pada kaleng berkurang atau kering. Kemudian diletakkan di meja pengemasan untuk dibersihkan dari kotoran daging yang masih menempel dengan cara disiram dengan air kemudian disemprot dengan penyemprot kompresor. Pengisian kaleng sesuai berdasarkan jenis produk dengan label pada master carton,  kemudian master carton direkat menggunakan lakban. Selama proses pengemasan dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian kode produksi pada kaleng, dan kesesuaian label pada master carton yang digunakan dengan produk. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tahap pengkodean dapat dicegah pada tahap pengemasan. Apabila terjadi kesalahan dalam  pengkodean, maka akan dilakukan pengkodean ulang (recoding). Model pengkodean pada produk yaitu 3 digit pertama adalah kode negara (lokasi), digit ke 4 dan 5 adalah kode tanggal, digit ke 6 adalah kode bulan, digit ke 7 adalah kode tahun, dan 3 digit terakhir adalah kode keluaran basket. 
Supervisor pada cassing dan storage adalah Bapak Edy Sutrisno. Cassing dan storage merupakan tahap akhir dari proses produksi. Lama waktu ketahanan produk akhir PT Sumber Mina Bahari ± 18 bulan. Adapun regulasi (spec) dari cassing dan storage BRC ISSUE B yaitu :
1.      Pengambilan Master Carton
2.      Pengecekan Incoming Material
                                                            a.      Melihat kondisi master carton
                                                            b.      Cek ketebalan master carton
                                                             c.      Cek kerekatan lem
                                                            d.      Cek tulisan di master carton
                                                            e.      Master carton yang rusak daan tulisan tidaak sesuai maka diriject
3.      Pembuatan Master Carton
                                                            a.      Menyiapkan master carton
                                                            b.      Buka plastik pelindung master carton
                                                             c.      Buka tali pengikat master carton
                                                            d.      Siapkan spencer dan lakban
                                                            e.      Master carton dilipat dan dirapatkan dengan lakban
4.      Penataan Master Carton
                                                            a.      Disusun rapi sesuai dengan jenis CO, JL, SL, LP, LB, BF, SP dan CM
                                                            b.      Diletakkan di atas meja
                                                             c.      Diletakkan di atas palet
                                                            d.      Diberi jarak ± 15 cm antara master carton dan dinding
                                                            e.      Jarak antara langit-langit dengan master carton ± 30 cm
5.      Standar Produk (Standar Kaleng)
                                                            a.      Cek kondisi kaleng
                                                            b.      Kaleng tidak menggelembung
                                                             c.      Tidak ada karet
                                                            d.      Cat tidak penyok/mengelupas dan terdapat goresan
                                                            e.      Jika kaleng menggelembung dan penyok maka kaaleng akan diriject
6.      Cassing
                                                            a.      Serah terima hasil pasturisasi ke pihak cassing
                                                            b.      Menerima produk yang telah dimasak dari pasturisasi
                                                             c.      Mengeluarkan kaleng dengan perkode dari basket
                                                            d.      Sisa air es dibersihkan dengan kompressor
                                                            e.      Memasukkan produk ke dalam master carton (12 kaleng)
                                                              f.      Pengecekan master carton
1.      Kode master carton sama dengan kode kaleng
2.      Kode produksi dan masa kadaluwarsa di master carton dengan stempel kode
                                                            g.      Kaleng ditata rapi, tulisan sama lurus
                                                            h.      Pastikan jenis daging kaleng sama dengan label master carton
                                                              i.      Master carton dilakban
7.      Kalibrasi Timbangan
                                                            a.      Tekan ON pada timbangan
                                                            b.      Ambil anak timbangan kemudian letakkan di tengah/samping secar bergantian
                                                             c.      Cek hasil timbangan sesuai dengaan anak timbangan atau tidak, kalau OK timbangan siap digunakan
                                                            d.      Pengecekan dilakukan perkode diambil maksimal 10 kaleng
                                                            e.      Timbangan kurang atau lebih dikembalikan ke bagian canning untuk direpak ulang
                                                              f.      Dicatat kode dan jenis barang
8.      Pengambilan Sampel Laboratorium
                                                            a.      Menerima form permintaan sampel dari laboratorium
                                                            b.      Dicatat setiap kode dan jenis daging yang diminta
                                                             c.      Mengambil jumlah sampel yang diminta pihak laboratorium
                                                            d.      Serah terima ke pihak laboratorium
9.      Temperatur Suhu Ruangan Cassing
                                                            a.      Suhu ruangan cassing maksimal 200 C
                                                            b.      Dicatat 1 jam sekali
10.  Pengecekan Hasil Cassing
                                                            a.      Membuat laporan harian, dicatat sesuai pendapatan hasil produksi yang terpacking dengan sisanya
                                                            b.      Repack ulang dicatat sesuai jumlah yang ada
                                                             c.      Pencatatan pengambilan sampel laboratorium sesuai dengan kode jenis daging
                                                            d.      Pastikan tidak ada selisih antara pendapatan pasturisasi dengan cassing
11.  Sanitasi Ruang Cassing
                                                            a.      Lantai disemprot dengan air menggunakan selang dan digaruk dengan garuk lantai
                                                            b.      Disikat dan digaruk
                                                             c.      Meja cassing digaruk dengan garuk meja dan akin lap
                                                            d.      Pastikan kondisi ruangan cassing bersih
12.  Pengecekan Jumlah Kaleng dalam Master Carton
                                                            a.      Pastikan kode pada kaleng sesuai dengan label produk pada master carton
                                                            b.      Pastikan tanggal pada kaleng sesuai dengan label produk pada kode master carton
                                                             c.      Pastikan tanggal expired pada kaleng sesuai dengan label produk pada kode master carton
                                                            d.      Pastikan kaleng pada master carton tidak terbalik (label produk berada di atas)
                                                            e.      Pastiakan jumlah kaleng dalam master carton berjumlah 12 kaleng

3.3.16.  Refrigerator storage
Produk yang sudah diberi label dan dimasukan dalam master karton, disimpan kembali dalam ruangan pendingin (chilling storage) untuk menjaga kualitas produk tetap baik sampai waktu pengiriman. Suhu penyimpanan adalah 00C sampai dengan 3,30C. Namun, suhu operasional yang digunakan oleh PT Sumber Mina Bahari adalah 00-2,00 C. Tujuannya agar bakteri pathogen tidak dapat berkembang dan juga dapat menambah masa simpan produk.
Setiap tipe daging harus diletakan terpisah satu dengan lainnya agar memudahkan membedakan dan mengambilnya untuk pengiriman. Master karton juga tidak boleh bersentuhan langsung dengan dinding maupun lantai ruangan, kurang lebih 5 cm. Suhu penyimpanan dicek dan dicatat setiap jam oleh petugas penyimpanan.
Pada suatu pabrik makanan kaleng seringkali diperlukan penyimpanan sementara, misalnya Karena besarnya jumlah produksi. Penyimpanan juga digunakan untuk menguji mutu produk sebelum dipasarkan, sehingga diperlukan ruang penyimpanan yang baik. Untuk mencegah timbulnya karat pada bagian luar kaleng atau timbulnya jamur, kelembapan ruang penyimpanan hendaknya diatur serendah mungkin (Adawyah, 2007).
Menurut moeljanto (1982), fluktuasi suhu pada penyimpanan di cold storage ada yaitu :
1.    Perubahan tetap (1-20C) yang disebabkan oleh bekerjanya mesin – mesin pendingin.
2.    Perubahan karena pengeluaran dan pemasukan produk dari dan ke cold storage, yang mencapai 100C.

3.3.17. Loading and Shipping
Produk yang sudah diberi label dan dimasukan dalam master karton, disimpan kembali dalam ruangan pendingin (chilling storage) untuk menjaga kualitas produk tetap baik sampai waktu pengiriman. Suhu penyimpanan adalah 00C sampai dengan 3,30C. Namun, suhu operasional yang digunakan oleh PT Sumber Mina Bahari adalah 00-2,00 C. Tujuannya agar bakteri pathogen tidak dapat berkembang dan juga dapat menambah masa simpan produk.
Setiap tipe daging harus diletakan terpisah satu dengan lainnya agar memudahkan membedakan dan mengambilnya untuk pengiriman. Master karton juga tidak boleh bersentuhan langsung dengan dinding maupun lantai ruangan, kurang lebih 5 cm. Suhu penyimpanan dicek dan dicatat setiap jam oleh petugas penyimpanan.
Pada suatu pabrik makanan kaleng seringkali diperlukan penyimpanan sementara, misalnya Karena besarnya jumlah produksi. Penyimpanan juga digunakan untuk menguji mutu produk sebelum dipasarkan, sehingga diperlukan ruang penyimpanan yang baik. Untuk mencegah timbulnya karat pada bagian luar kaleng atau timbulnya jamur, kelembapan ruang penyimpanan hendaknya diatur serendah mungkin (Adawyah, 2007).
Menurut moeljanto (1982), fluktuasi suhu pada penyimpanan di cold storage ada yaitu :
1.    Perubahan tetap (1-20C) yang disebabkan oleh bekerjanya mesin – mesin pendingin.
2.    Perubahan karena pengeluaran dan pemasukan produk dari dan ke cold storage, yang mencapai 100C.
3.4 Klasifikasi Hasil Pasteurized Crabmeat PT Sumber Mina Bahari
Berdasarkan proses produksi yang telah dilalui terdapat berbagai jenis tipe hasil produk pasteurizd crabmeat di PT Sumber Mina Bahari, yaitu :
3.4.1.  jumbo lump
Jumbo Lump terdiri dari daging jumbo besar dan jumbo kecil. Dalam 1 pound (454 gram) terdapat 70-100 pieces. Berat minimal satu buah daging  3.4 gram dan berat maaksimalnya adalah 9.0 gram.
gambar 28. jumbo lump

3.4.2. collosal
Collosal terdiri dari daging jumbo yang mempunyai ukuran paling besar. Berat rata-rata 11,4 gram/pcs dan 9.0 gram minimum/pcs. Dalam 1 pound (454 gram) terdapat 30-50 pcs.
gambar 29. collosal

3.4.3. super lump
Super lump terdiri dari 80%  daging lump (1-3 gram) dan 10% persen dressingan atas (triple flower dan 2-3 pcs daging jumbo under size) serta 10% dressingan bawah ((triple flower dan 2-3 pcs daging jumbo under size).
gambar 30. super lump

3.4.4. backfin lump
Backfin lump terdiri dari 80% daging spesial dan dressingan atas 10%  daging laump (1-3 gram) serta 10% dressingan bawah daging lump (1-3 gram).
gambar 31. backfin lump

3.4.5. special
Spesial terdiri dari 100% daging spesial (daging yang mempunyai ukuran paling kecil dan paling halus).
gambar 32. spesial

3.4.6. Lump
Lump terdiri dari 70% daging lump (1-3 gram/pcs) dan 30% daging spesial (<1 gram/pcs). Daging lum itu sendirii terdiri dari campuran pecahan jumbo, backfin, dan pecahan flower.
gambar 33. lump

3.4.7. claw
Claw merupakan semua jenis daging merah. Claw terdiri dari 80% campuran dan 10% dressingan atas (merus) serta 10% dressingan bawah (merus).
gambar 34. claw
3.5 Cara Menjaga Kualitas Produk
Pengawasan mutu yang dilakukan oleh PT Sumber Mina Bahari ini meliputi pengawasan mutu bahan baku, proses produksi dan produk akhir. Pengawasan mutu ini bertujuan manjaga dan menjamin kelayakan mutu produk dari awal diterima bahan baku sampai akhir proses produksi.
3.5.1. pengawasan mutu bahan baku
Bahan baku yang akan digunakan oleh PT Sumber Mina Bahari sebelumnya diproses terlebih dahulu dengan dilakukan pengecekan mutu dalam penanganan baik selama transportasi maupun perlakuan bahan baku. Hal yang paling menentukan adalah pengawasan terhadap bahan baku, dimana bahan baku harus memenuhi persyaratan produksi perusahaan, dengan melakukan pengujian organoleptik dan pengujian chlorampenical (CAP) secara sampling oleh bagian laboratorium pada CCP 1 . Jika terdapat bahan baku yang tidak sesuai dengan standar maka akan diriject atau dikembalikan lagi ke mini plant. Bahan baku merupakan suatu komponen awal yang sangat penting karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir suatu produk. Jika terdapat bahan baku yang tidak bagus atau tidak sesuai standart maka walaupun sebaik apapun proses yang dilakukannya tidak akan menghasilkan produk yang baik.
Bahan baku yang akan di proses di keluarkan langsung dari chill storage agar kesegaran yang di dapat dari bahan baku maksimal, karena suhu rendah tersebut dapat membantu mengurangi kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat reaksi enzimatis pada bahan baku yang dapat mengakibatkan kerusakan. Bahan baku yang diterima adalah bahan baku yang masih segar, daging elastis dan tidak berbau busuk. 

3.5.2. pengawasan mutu proses produksi
Pada suatu proses produksi diperlukan pengendalian. Pengendalian  mutu  proses  produksi  dilakukan  setiap hari (setiap kali produksi)  oleh  petugas QC.  Pengendalian mutu proses  produksi  dilakukan  pada  setiap  tahap  dengan menerapkan  Good  Manufacturing  Practice  (GMP)  dan Sanitation  Standart  Operating  Procedure  (SSOP).  PT  MSumber Mina Bahari memperhatikan  proses  produksi  yang  dianggap  dapat menimbulkan bahaya dengan menetapkan Critical Control Point (CCP). Analisis  Critical Control Point (CCP) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Critical Control Point
Titik CCP
Analisis
Area
CCP 1
Pengecekan kandungan chloramphenical pada daging rajungan dari mini plant
Receiving
CCP 2
Pengecekan kandungan metal (metal detecting) (Fe 1,75 mm, Non Fe 2,5 mm, Stainless Steel 3,5 mm)
Canning
CCP 3
Penutupaan kaleng
Seaming
CCP 4
Pengukuran suhu dan waktu pasturisasi
Pasturisasi
CCP 5
Pengukuran suhu dan waktu chilling
Pasturisasi
CCP 6
Informasi alergen produk kepada konsumen
Cassing

3.5.3. pengawasan mutu produk akhir
Pengendalian dan pengawasan produk akhir bertujuan memastikan  kelayakan  produk  sebelum  dipasarkan. Setiap hari dilakukan pengecekan sampel hasil cassing untuk dibuka kembali dan dicek kembali secara organoleptik.

3.5.4. pengujian produk
1. pengujian mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi produk PT Sumber Mina Bahari dilakukan setiap satu minggu sekali. Sampel yang digunakan yaitu raw material dan produk akhir yang diambil secara acak. Adapun mikrobiologi yang diuju yaitu E. coli, S. aureus, Coliform, TPC, Listeria monocytogenes. Salmonella, dan Clostridium botulinum. Jika ditemukan produk yang mengandung mikrobiologi tersebut maka akan ddilakukan paturisaasi ulang.
Adapun cara pengujian mikrobiologi yaitu :

sampel timbang 25 gram

tambahkan 225 KH2PO4

stomacher (pengadukan)

langsung ke media 1 ml

inkubasi (E. coli 24 jam, Coliform 24 jam, S. aureus 24 jam, TPC, 48 jam)

lihat perubahan warnanya

2. pengujian kimia
Pengujian kimia yang dilakukan adalah pengujian adanya kandungan chloramphenical pada bahan baku dari mini plant. Pengujian kimia ini dilakukan setiap hari dan diambil sampel mini plant secara acak. Jika saat diuji ternyata terdapat kandungan chloramphenical maka hasil produk akhir yang dagingnya berasal dari mini plant tersebut akan dicek ulang. Jika setelah pengecekan ulang terdapat chloramphenical maka produk akan diriject.
Chloramphenical merupakan suatu antibiotika yang menguntungkan bagi manusia. Antibiotika ini dihasilkan oleh jamur Streptomyces Venezuela dan salah satu antibiotic yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit tifus perut dan tifus abdominalis (Anonim, 2010). Senyawa dengan rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan nama kimia D(-) treo-2-dikloroasetamido- 1-p-notrofenilpropana-1,3-diol (Susanti et al., 2009). Manusia yang mengkonsumsi produk ternak yang mengandung residu CAP dapat berdampak buruk bagi kesehatannya, karena berpotensi menimbulkan reaksi hipersensitivitas, deperesi sumsum tulang belakang (anemia aplastik), bahkan resistensi CAP pada manusia, karena CAP tidak bisa diuraikan oleh tubuh dan akan mengendap di dalam tubuh konsumen (Wibowo et al., 2010).
Adapun pengujian CAP pada bahan baku daging rajungan, yaitu :

± 25 gram sampel dihaluskan dengan blender

3 gram sampel + 6 ml etil asetat

vortex selama 2 menit

centrifuge 10 menit, kecepatan 3000 rpm

4 ml supernatan

keringkan sampel dengan nitrogen pada suhu 500 C

1 ml n-hexana, 1 ml ekstrak diluent

vortex 1 menit

centrifuge 10 menit

emulsi                                                                    no emulsi

panaskan dalam waterbath 800 C

ELISA



Setelah proses di atas sudah selesai, maka akan berlanjut ke pengujian dengan metode ELISA di ruang pengujian ELISA, yaitu sebagai beerikut :
keluarkan well dari kulkas maksimal 60 menit sebelum analisa

masukkan standar sampel sebanyak 50 Âµl ke dalam well

50 Âµl enzim conjugate, ketuk pelan-pelan

inkubasi selama 30 menit, 190-250 C

tuang larutan (cuci dengan washing solution 300 Âµl  sebanyak 3 kali)

ketuk well pada kertas tissu sampai kering

150 Âµl substrat solution (190-25C)

inkubasi 15 menit 

50 Âµl stok solution

baca pada panjang gelombang 450 nm



 Jika skala angka hasil pembacaan berwarna kuning berarti nilai kandungan CAP sebesar 0,100 ppb, nilai tersebut masih ditolerir karena kurang dari 0,2 ppb. Namun, jika angka pembacaan menunjukkan warna merah maka produk yang terdapat mini plant yang terkandung CAP akan dicek ulang. Regulasi CAP yang digunakan oleh PT Sumber Mina Bahari adalah nila CAP <0,20 ppb karena standar dari FDA adalah <0,3 ppb. Hal itu dilakukan karena buyer dari PT Sumber Mina Bahari adalah Amerika dan Eropa.

3.5.5. Sanitasi
Sanitasi merupakan suatu proses kerja dimana hal tersebut merupakan langkah awal dalam mekanisme kinerja perusahaan yang mencakup soal kebersihan seluruh ruang lingkup baik luar maupun ruang produksi untuk memepersiapkan sarana yang terkait dengan jalannya proses produksi dan mengantisipasi yang mana agar kualitas produk terjaga mutunya. Tujuan adanya sanitasi adalah menjaga sarana produksi agar selalu steril.

Sanitasi di PT Sumber Mina Bahari untuk area produksi (receiving, sorting, canning, dan seaming) dilakukan sanitasi secara kontinyu oleh divisi sanitasi, sedangkang untuk area pasturisasi dan cassing dilakukan sanitasi secara mandiri oleh karyawan di area tersebut. Pengontrolan sanitasi di area produksi dilakukan 2 jam sekali dengan ditandai dengan bunyi alarm sanitasi. GMP dan SSOP adalah hal yang paling penting dalam sistem sanitasi, karena hal itu merupakan regulasi dari sanitasi.  beberapa aspek yang harus selalu terjaga kehygienisannya, yaitu :
1.       Sanitasi dan hygiene bahan baku, bahan tambahan, dan lingkungan
Penerapan sanitasi dan hygiene pada bahan baku sangat penting dilakukan terhadap perusahan pengolahan bahan pangan. Sanitasi dan hygiene dari bahan baku yang kurang baik akan mempengaruhi produk akhir. Menurut Wahyudi (2003), penerapan sanitasi penting sekali untuk dua alasan, pertama ialah penjagaan akan timbulnya keracunan makanan dan kedua dengan maksud untuk mengurangi pembusukan.
Berdasarkan data Praktek Kerja Magang di PT Sumber Mina Bahari, bahan baku utama yang digunakan langsung dilakukan penanganan khusus. Dalam sanitasi bahan mentah yang datang dari berbagai supplier yang dilakukan pertama adalah pencucian, penirisan dan pembuangan air dalam toples setelah itu di lakukan pengujian organoleptik dan pengambilan sampel daging untuk uji laboratorium, kemudian bahan baku dimasukan kedalam ruang pendingin.
Bahan tambahan berfungsi untuk menjaga kualitas produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sodium acid pyrophosphate (SAPP). Bahan tambahan tersebut diperoleh dari supplier. Operator akan mengecek kemasan SAPP yang datang. Kemudian dilakukan pengayakan agar SAPP mempunyai ukuran yang seragam dan disimpan dalam box SAPP.  Dengan melakukan tahap tersebut maka sanitasi dan hygiene bahan baku akan tetap terjaga.
Sanitasi pada lingkungaan pabrik dilakukan dengan cara memasang dan pengecekan  pest control di sekitar area proses. Pest control ini berfungsi sebagai perangkap serangga yang masuk ke pabrik.

1.      Sanitasi dan hygiene peralatan
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi. Peralatan harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesifeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara.  Peralatan pengolahan seperti alat pemotong, papan pemotong (talenan), bak-bak  pencucian/penampungan, alat pengaduk,  alat penyaring, alat memasak merupakan sumber kontaminan potensial bagi pangan (Anonim, 2009).
Kondisi peralatan yang digunakan untuk produksi dalam keadaan bersih. Sebelum dan sesudah digunakan peralatan produksi harus  dicuci dengan air chlorine pada konsentrasi yang berbeda-beda. Penggunaan chlorine berfungsi untuk membunuh kuman. Berdasarkan fungsinya kadar konsentrasi chlorine yaang digunakan dalam proses produksi dapat dilihat di tabel 6
Tabel 6. Konsentrasi Chlorine
Sanitasi
Konsentrasi
Peralatan
50 ppm
Peralatan sortir diwaktu proses produksi setiap 2 jam sekali
3 ppm
Peralatan receiving
50 ppm
Peralatan seaming
3 ppm
Peralatan sebelum dan setelah proses produksi
100 ppm
Toples
50 ppm
Basket di akhir proses produksi dan toilet
100 ppm
 Banyaknya volume chlorine yang digunakan untuk proses sanitasi pada masing-masing area dapat dihitung dengan rumus :
Vair x standar ppm         = volume chlorine yang sudah diencerkan
Stok solution 20.000 ml

Untuk pengenceran chlorine itu sendiri dengan mencampurkan 600 ml chlorine dengan 3400 ml air.

3.      Sanitasi dan hygiene Pekerja

Kesehatan pribadi mengacu kepada kebersihan dari badan seseorang. Pekerja yang sehat merupakan bagian penting dari sanitasi makanan. Orang merupakan sumber potensial mikroganisme yang menyebabkan penyakit ke banyak orang melalui transmisi virus atau melalui keracunan makanan. Manusia merupakan sumber utama kontaminasi pada makanan. Tangan mereka, rambut, keringat yang mengkontaminasi makanan, salah satunya bisa berpindahnya mikroganisme yang mampu menyebabkan penyakit (Marriot dan Robert, 2006).
Sanitasi dan hygiene pekerja pada proses pengemasan daging rajungan di PT Sumber Mina Bahari cukup baik. Pekerja yang akan memasuki ruang proses akan menggunakan perlengkapan khusus pekerja seperti penutup kepala, sarung tangan, sepatu boot dan pakaian khusus pekerja. Selain itu sebelum memasuki ruangan proses harus mencuci sepatu dengan air sabun yang sudaah disediakan dan mencelupkan sepatu boot ke dalam larutan kaporit bubuk 200 ppm di foot bath dan mencuci tangan dengan air hangat (30°C) dan sabun. Hal ini sesuai pernyataan Simanjuntak (2013), yang menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dan hygiene dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Pakaian khusus pekerja akan diganti setiap 2 hari sekali dan air berklorin akan diganti 2 kali tiap hari. 

3.6 penanganan limbah produk PT Sumber Mina Bahari
Berdasarkan data yang didapat pada saat praktek kerja magang, limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Pengolahan limbah di PT Sumber Mina Bahari diolah dengan sistem drainase. Limbah padat terdiri dari shell dan cangkang. Setelah proses produksi selesai limbah tersebut dikumpulkan ke dalam plastik besar dan ditutup rapat kemudian dibuang di tempat pembuangan sampat yang nantinya akan diankut oleh pekerja dinas kebersihan Kota Rembang. Untuk limbah cair akan dialirkan ke bak-bak penampungan limbah yang diberi alat penyaring untuk proses filterisasi. Setelah limbah cair terfilterisasi maka akan langsung dialirkan ke laut yang ada di belakang pabrik, sedangkan untuk hasil filterisasinya akan diolah kembali menjadi produk riject untuk pakan ternak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOOD HABIT IKAN SECARA UMUM

FOOD HABIT (KEBIASAAN MAKAN) IKAN SECARA UMUM Oleh WULANDARI  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai makhluk hidup di dalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan pemenuhan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangaan serta reproduksi yang dilakukannya. Ikan akan mengambil makanan di perairan kemudian mencernanya dan mengubahnya menjadi energi yang akan mendukung semua aktivitas ikan. Jika terdapat kelebihan energi dari makanannya, maka energi tersebut akan berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan sel ikan. Jadi, kecukupan jumlah makanan ini sangat penting untuk ikan dalam ruang lingkup yang luas. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi populasi akibat dari makanan yaitu, jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), lama masa pengambilan dan cara makan ikan (feeding habits). Jadi, ke

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI Disusun oleh : Dana Yuli Agustina                  26010115120016 Maya Sri Mulyani                     26010115120018 Wulandari                                26010115140094 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016   BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Hal itu tidaklah cukup jika seorang mahasiswa telah memasuki dunia kerja, karena yang didapatkan hanya teorinya saja dan praktikum yang dilakukan juga hanya sebentar (kurang lebih 2 hari 1 malam). Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instans