Langsung ke konten utama

Biologi Krustasea Ordo Decapoda Genus Parapenaeus

I. PENDAHULUAN

Kata Decapoda berasal dari kata Yunani deka yang berarti sepuluh dan pous yang

berarti kaki. Hewan yang termasuk dalam ordo decapoda yaitu udang, lobster, udang karang,

kepiting dan kepiting pertapa (AskOxford.comdalam Cheung, 2007). Decapoda merupakan

subfilum crustasea yang memiliki jumlah spesies terbanyak. Kepiting,ketam dan udang

merupakan anggota dari kelas decapoda. Ketiganya memiliki morfologi yang tampak jelas

dan hampir sama. Decapoda memiliki 5 pasang kaki, yang terdiri dari kaki yang digunakan

untuk berjalan dan kaki yang digunakan untuk berenang. Kepala dan perut decapoda

mereduksi yang disebut cephalothorax dan sebagian besar tubuhnya dilindungi oleh karapas

atau cangkang untuk melindungi organ bagian kepala, badan dan insang. Decapoda memiliki

sepasang mata majemuk yang berfungsi untuk melihat, sebagian kelasnya memili antena dan

antenula yang berfungsi untuk mencari makan dan mendeteksi mangsanya. Mulut decapoda

bersifat terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Biasanya decapoda juga mempunyai

ekor yang sangat pendek.

Decapoda memiliki habitat yang cukup luas, umumnya mereka hidup di semua daerah

yang terdapat genangan air seperti laut, estuarin, sungai, danau, sawah hingga daerah

berlumpur seperti hutan bakau. Tumbuhan dan bangkai hewan-hewan kecil merupakan

makanan dari ordo decapoda, oleh karena itu decapoda termasuk juga dalam organisme

pengurai. Berdasarkan bentuk, cara hidup, dan habitatnya, ordo Decapoda dibagi menjadi

dua subordo yaitu Natantia dan Reptantia. Subordo Natantia terdiri atas udang air tawar dan

laut. Kepiting, udang karang (lobster), klomang, dan rajungan termasuk ke dalam subordo

Reptantia. Natant yang berarti berenang, sedangkan Reptant berarti merayap (Suwignyo et

al., 2005).

Hewan laut golongan ordo decapoda hampir semuanya memiliki nilai ekonomis yang

penting, terutama kelompok hewan yang berasal dari famili penaeidae. Dari ukuran yang

terkecil sampai terbesar bernilai ekonomis tinggi dan dicari di pasaran skala ekspor. Hal ini

diperkuat oleh suradi yang menyatakan bahwa udang yang paling komersial adalah udang

anggota penaoidea. Dari 300 spesies yang ada di dunia baru termanfaatkan sekitar 100

spesies. Anggota penaoidea banyak ditemukan di perairan dangkal sepanjang continental

shelf pada perairan dengan dasar yang berlumpur.


II. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Superfamili Penaeoidae

Superfamili penaeoidae merupakan kelompok udang-udangan. Superfamili

penaeiodae mempunyai 4 famili yaitu aristeidae, solenoceridae, penaeidae,

sicyoniidae. Secara taksonomi udang berbeda dengan lobster walaupun masih dalam

satu ordo yaitu ordo macrura. Udang masuk dalam sub ordo macrura natantia,

sedangkan lobster masuk dalam sub ordo macrura reptantia. Pada superfamili

penaeidae seluruh pasangan pereiopodanya berkembang dengan baik dengan tiga

pasang pertama membentuk capit dan ukurannyapun tidak ada yang bertambah besar.

Bagian posterior pleuranya menutup bagian anterior pleura berikutnya dan memiliki

organ kapulatory yang besar. Pada udang jantan, petasma terdapat pada pasangan

pertama pleopoda, sedangkan pada udang betina, telikum terdapat pada posterior

thoracic sternite atau diantara pereiopoda ke 4 dan 5. Setelah melakuakan fertilisasi

telur dilepas ke perairan semua sehingga tidak ada sisa pada abdomen betina.
 
2. Karakteristik Famili Penaeidae

Famili penaeidae terbagi dalam 10 genus yaitu atypopenaeus, metapenaopsis,

metapenaeus, parapenaopsis, parapenaeus, penaopsis, penaeus, heteropenaeus,

funchalia dan trachypenaeus. Adapun ciri morfologi dari famili penaeidae secara

umum yaitu rostrumnya berkembang baik dan memanjang sampai belakang mata dan

memiliki lebih dari 3 gigi atas. Tidak ada proyeksi pada dasar mata dan tidak ada

tubercle pada sisi dalamnya. Antennular flagella atas maupun bawah memiliki

panjang yang sama dan melekat pada ujung antennular pedunbcle. Karapasnya tidak

memiliki duri post-orbital atau post-atennal. Ukuran Cervical groove umumnya

pendek. Mempunyai lima pasang pereipoda dan pereipoda yang ke empat

dengansuatu arthrobranch tunggal yang terletak di bawah karapas. Pada udang jantan,

endopoda dari pleopoda ke dua hanya terdapat appendix masculina. Pleopoda ke tiga

dan ke empat bercabang menjadi 2 cabang, serta memiliki telson meruncing dengan

atau tanpa duri lateral yang tetap atau yang dapat digerakkan. Pada umumnya udang

pada famili ini memiliki warna tubuh yang bervariasi dari semi-translucent sampai

hijau keabuan gelap atau kemerahan. Biasanya terdapat bintik-bintik, garis atau tanda

yang lain pada abdomen dan uropoda. Pewarnaan tubuhnya memudahkan untuk

membedakan spesimen udang hidupnya.

Anggota famili penaeus biasanya hidup di laut ketika fase dewasa, untuk fase

juvenile dan udang muda sering ditemukan di perairan payau atau air tawar dengan

salinitas yang rendah. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya mortalitas

akibat tekanan osmotik air. Namun, pada dasarnya setiap genus memiliki karakteristik

habitat yang berbeda-beda. Genus parapenaeus dan penaeopsis banyak ditemukan di

perairan dalam (kedalaman lebih dari 750 m). Genus trachypenaeopsis, heteropenaeus

dan beberapa genus metapenaeopsis banyak ditemukan di karang.

Larva udang famili penaeidae bersifat planktonik dan mempunyai stadia

nauplius. Secara umum udang dewasa beruaya dari perairan pantai yang dangkal ke

rairan lepas pantai untuk memijah pada kedalaman antara 10 sampai 80 m. setelah 14

sampai 24 jam telur akan menetas menjadi larvae sedarhana yang disebut nauplii

setelah dibuahi. Nauplius kemudian akan mengalami beberapa substadia sebelum

mengalami metamorphoses menjadi stadia mysis. Sifat dasar dari larvae yaitu

planktonik membuat larvae terombang-ambing mengikuti arah arus ke perairan pantai

dan pada saat itu menjadi postlarvae. Hal ini terjadi sekitar tiga minggu setelah

menetas dan telah menyerupai udang. Post-larvae yang bersifat planktonis,kemudian

hidup di dasar perairan dangkal dengan dasar yang halus. Pada daerah nursery ground

tersebut post-larvae akan tumbuh menjadi juvenil, lalu akan bergerak ke mulut sungai

atau laguna atau estuarin sampai menjelang dewasa. Selanjutnya udang akan

bermigrasi ke lepas pantai untuk tumbuh dan matang gonad. Ketika

mencapaispawning ground siklus hidupnya akan terulang kembali.

Skema siklus hidup family penaeidae

3. Karakteristik Genus Parapenaeus

Parapenaeus termasuk dalam udang perairan dalam. Ditinjau dari aspek

ekonomi perikanan, parapenaeus dianggap kurang penting dan menarik. Dilihat dari

luar tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian depan dan bagian belakang

bagian depan disebut bagian kepala yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan

dada yang menyatu itu dinamakan kepala-dada (cepholothorax) serta bagian perut

(abdomen) terdapat ekor dibagian belakangnya. Semua bagian badan beserta anggota-

anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen) kepala dada terdiri dari 13 ruas yaitu

kepalanya sendiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas sedangkan bagian perut terdiri dari 6

ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas-ruas pula

seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton yang terbuat dari

bahan chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungannya

antara dua ruas tubuh yang berdekatan.

Karakteristik utama yang membedakan parapenaenus dengan genus lainnya

pada famili penaeidae adalah karapas dengan suture longitudinal yang panjang, suture

vertikal pendek dan telson tanpa duri lateral yang dapat digerakkan. Tubuh

parapenaeopsis tanpa bulu, dengan crest dan groove pada karapas jelas. Periopoda III

nya tanpa epipoda.

Perbedaan parapenaeus jantan dan betina dapat terlihat jelas ketika sudah

mencapai stadia udang dewasa. Pada udang jantan terdapat organ copulathory

(petasma) yang sangat besar pada pasangan pleopoda pertama, sedangkan pada udang

betinamemiliki posterior thoracic sternites yang dimodifikasi menjadi sperm

receptacle tanda yang menarik (telikum) yang menerima spermatophora atau kantong

sperma (biasanya keputihan atau kekuningan setelah matang gonad). Telur yang

berada di abdomen betina langsung dikeluarkan seluruhnya tanpa sisa, sehingga

setelah fertilisasiabdomennya kosong. Jenis udang penaeid yang dominan tertangkap

dan memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain udang Krosok (Parapenaeus sp.)

(Saputra,2015)

Udang Krosok (Parapenaeus, Parapenaopsis) Udang Krosok merupakan

gabungan dari beberapa spesies, terutama dari genus Parapenaeus dan Parapenaopsis.

Udang Krosok umumnya memiliki karapas yang keras, dan oleh karenanya diberi

nama lokal “Krosok”. Udang Krosok banyak tertangkap oleh lampara dasar/arad.

Masuknya massa air sungai bersama dengan bahan-bahan organik di dalamnya,

merupakan penyedia makanan bagi berbagai jenis udang penaeid. Ekosistin muara

sungai dan pantai bagi udang penaeid merupakan habitat vital, yang sangat

menentukan terselenggaranya siklus hidup. Dall et al. (1990) menyebutkan pada fase

postlarva, udang sudah aktif berenang migrasi ke bagian muara sungai yang memiliki

salinitas rendah, dan mulai menuju ke dasar perairan. Di perairan tersebut, postlarva

akan secara bertahap berubah menjadi juvenil dan bergerak kembali ke perairan

dengan salinitas yang lebih tinggi. Juvenil mulai aktif mencari makan dan tumbuh di

daerah asuhan. Pada posisi inilah muara sungai dan perairan pantai sangat vital bagi

udang penaeid. Selama tiga sampai empat bulan juvenil menjadi udang muda sampai

menjelang dewasa, kemudian akan mulai beruaya ke arah laut terbuka yaitu ke 16

daerah pemijahan (spawning ground) setelah matang gonad (Chan, 1998).

4. Taksonomi Spesies genus parapenaeus

a. Parapenaeus longinostris (lucas, 1846)

Parapenaeus longinostris hidup pada area demersal pada kedalaman 20-700 meter.

Namun pada umumnya sering dijumpai pada kedalaman 150-400 meter. Parapenaeus

longinostris hidup pada daerah yang memiliki iklim subtropis yang memiliki suhu sekitar

8°c-15°c. Persebaran Parapenaeus longinostris tersebar dari amerika serikat hingga french

guineae, seluruh laut mediterania, dan dari portugal hingga namibia.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus longinostris (lucas, 1846) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus longinostris (lucas, 1846)

b. Parapenaeus investigatoris

Terdapat duri banchiostegal di belakang celah anterior dari karapas. Bentuk

rostrum ramping melengkung ke bawah dan post-rostral crest memanjang menutup ke

batas posterior karapas.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus investigatoris adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus investigatoris

c. Parapenaeus murrayi

Terdapat duri banchiostegal di belakang celah anterior dari karapas. Bentuk

rostrum melengkung ke atas dan post-rostral crest memanjang merampibg di bawah

tengah karapas.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus murrayi adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus murrayi

d. Parapenaeus perezfarfante

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus perezfarfante adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus perezfarfante

e. Penaeus ruberoculatus

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Bentuk rostum lurus dan hampir ramping.

Adapun klasifikasi dari Penaeus ruberoculatus adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Penaeus ruberoculatus

f. Parapenaeus sextuberculatus

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Bentuk rostrum kokoh, lurus dan sinous serta memanjang mencapai sekitar tengah

segmen ke dua antenullar peduncle.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus sextuberculatus adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus sextuberculatus

g. Parapenaeus fissuroides

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Bentuk rostrum kokoh, lurus dan sinous serta memanjang smpai bawah segmen ke dua

antenullar peduncle. Pada ujang jantan, terdapat patasma dengan sub-distolateral bilobed,

sedangkan pada udang betina bagian medium telikum ditemukansepasang lekukan besar

longitudinal.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus fissuroides adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus fissuroides

h. Parapenaeus lanceolatus

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Bentuk rostrum kokoh, lurus dan sinous serta memanjang smpai bawah segmen ke dua

antenullar peduncle. Pada udang jantan, terdapat petasma dengan sub-distolateral lobes

tidak bercabang tetapi berbentuk bulat, sedangkan pada udang betina bagian telikum

dengan median pit yang menarik.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus lanceolatus adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus lanceolatus

i. Parapenaeus australiensis

Terdapat duri banchiostogel pada celah anterior dari karapas. Bentuk rostrum

memanjang mencapai antennular peduncle dan duri epigastric mencapai atas duri hepatik.

Bentuk rostrum kokoh, lurus dan sinous serta memanjang smpai bawah segmen ke dua

antenullar peduncle. Pada udang jantan, terdapat patesma dengan sub-distolateral lobes

membulat, sedangkan pada betina telikumnya tanpa pit pada bagian tengah tapi kadang

terdapat di tekukan tubercle

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus australiensis adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus australiens

i. Parapenaeus fissurus

Terdapat duri banchiostegal pada celah anterior dari karapas. Bentuk ristrum

biasanya tidak melampaui segmen basial dari antenullar peduncle.

Adapun klasifikasi dari Parapenaeus fissurus adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus fissurus

j. Parapenaeus longipes

Tidak terdapat duri banchiostegal pada karapasnya. Adapun klasifikasi dari

Parapenaeus longipes adalah sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Filum : arthropoda

Kelas : krustasea

Ordo : macrura

Subordo : macrura natantia

Infraordo : penaedia

Superfamili : penaeiodea

Famili : penaeidae

Genus : penaeus

Spesies : Parapenaeus longipes

III. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkam uraian makalah yang telah dibuat dapat didimpulkan sebagi

berikut :

a. Decapoda memiliki 5 pasang kaki, yang terdiri dari kaki yang digunakan

untuk berjalan dan kaki yang digunakan untuk berenang. Kepala dan perut

decapoda mereduksi yang disebut cephalothorax dan sebagian besar tubuhnya

dilindungi oleh karapas atau cangkang untuk melindungi organ bagian kepala,

badan dan insang.

b. Superfamili penaeoidae merupakan kelompok udang-udangan. Superfamili

penaeiodae mempunyai 4 famili yaitu aristeidae, solenoceridae, penaeidae,

sicyoniidae.

c. Famili penaeidae terbagi dalam 10 genus yaitu atypopenaeus, metapenaopsis,

metapenaeus, parapenaopsis, parapenaeus, penaopsis, penaeus, heteropenaeus,

funchalia dan trachypenaeus. Adapun ciri morfologi dari famili penaeidae

secara umum yaitu rostrumnya berkembang baik dan memanjang sampai

belakang mata dan memiliki lebih dari 3 gigi atas.

d. Anggota famili penaeus biasanya hidup di laut ketika fase dewasa, untuk fase

juvenile dan udang muda sering ditemukan di perairan payau atau air tawar

dengan salinitas yang rendah.

e. Parapenaeus termasuk dalam udang perairan dalam. Karakteristik utama yang

membedakan parapenaenus dengan genus lainnya pada famili penaeidae

adalah karapas dengan suture longitudinal yang panjang, suture vertikal

pendek dan telson tanpa duri lateral yang dapat digerakkan. Tubuh

parapenaeopsis tanpa bulu, dengan crest dan groove pada karapas jelas.

Periopoda III nya tanpa epipoda.

2. Saran

Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat diberikan saran sebagai berikut :

a. Sebaiknya pembaca tidak hanya terpaku pada isi materi yang terdapat pada makalah

ini ikarenakan pembuatannya masih kurang sempurna.

b. Sebaiknya pembaca membandingkan dengan referensi yang terbaru agar pengetahuan

yang didapat lebih akurat.

c. Sebaiknya pembaca lebih memklumi dalam penulisan makalah tersebut yang masih

kuran baku dalam penulisannya.

Daftar Pustaka

Hermawati, R.T., A. Nuryanto dan Indarmawan. 2013. Kajian Tentang Kekayaan Dan

Hubungan Kekerabatan Crustacea (Decapoda) Di Sungai Cijalu Kecamatan

Majenang Kabupaten Cilacap. Jurnal Pembangunan Pedesaan.(13)1:39-48

Saputra, S. W. 2015. Analisis Stok Udang Penaeid Di Perairan Pantai Selatan Kebumen

Jawa Tengah. Jurnal e-prints

Suwignyo, S, Widigdo, B, Wardiatno, Y dan Krisanti, M 2005. Avertebrata Air Jilid 2,

Penebar Swadaya, Jakarta, 188 pp.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOOD HABIT IKAN SECARA UMUM

FOOD HABIT (KEBIASAAN MAKAN) IKAN SECARA UMUM Oleh WULANDARI  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai makhluk hidup di dalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan pemenuhan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangaan serta reproduksi yang dilakukannya. Ikan akan mengambil makanan di perairan kemudian mencernanya dan mengubahnya menjadi energi yang akan mendukung semua aktivitas ikan. Jika terdapat kelebihan energi dari makanannya, maka energi tersebut akan berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan sel ikan. Jadi, kecukupan jumlah makanan ini sangat penting untuk ikan dalam ruang lingkup yang luas. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi populasi akibat dari makanan yaitu, jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), lama masa pengambilan dan cara makan ikan (feeding habits). Jadi, ke

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI Disusun oleh : Dana Yuli Agustina                  26010115120016 Maya Sri Mulyani                     26010115120018 Wulandari                                26010115140094 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016   BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Hal itu tidaklah cukup jika seorang mahasiswa telah memasuki dunia kerja, karena yang didapatkan hanya teorinya saja dan praktikum yang dilakukan juga hanya sebentar (kurang lebih 2 hari 1 malam). Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instans

BAB III PEMBAHASAN LAPORAN HASIL MAGANG PASTEURIZED CARB MEAT PT SUMBER MINA BAHARI

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jadwal Kegiatan Rutinitas PT Sumber Mina Bahari Setiap perusahaan mempunyai kebijakannya masing-masing untuk mengatur rumah tangganya secara internal maupun eksternal. Dalam setiap perusahaan juga memiliki jadwal kerja yang harus dilaksanakan setiap harinya. Proses produksi pada PT Sumber Mina Bahari dilaksanakan setiap Hari Senin sampai Sabtu dan dimulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Seandainya pada hari itu daging rajungan dari  mini plant  masih ada maka diadakan jam lembur yang jumlah jam kerjanya tidak lebih dari 7 jam kerja karyawan normal. Sebelum memulai aktivitas bekerja semua karyawan PT Sumber Mina Bahari harus absen terlebih dahulu dengan cara  scan  sidik jari. Absen inilah yang menunjukkan kehadiran dari karyawan. Ketika memasuki ruang produksi semua karyawan harus dipastikan untuk memenuhi dan mematuhi syarat pada standar GMP yang ada. Untuk memastikan hal tersebut maka sebelum masuk ruang produksi, setiap karyawan dilakukan cheker pada pin