Teknologi Informasi Manajemen Perikanan
(Perencanaan, Pembangunan Dan Pengembangan Perikanan Tangkap)
I.
Pendahuluan
Teknologi informasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan
pengetahuan yang didapat manusia untuk memahami dan memberikan informasi dengan
menggunakan teknologi yang ada sehingga prosesnya menjadi lebih cepat, luas,
dll. Selain itu teknologi Informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan
dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran
data/informasi tersebut dalam batas ruang dan waktu. Selain memberikan informasi, peran
Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam kontribusinya memberikan dukungan kepada berbagai
sektor kehidupan masyarakat berupa peningkatan efisiensi serta
produktivitas. Peranan TI dalam berbagai
aspek kegiatan bisnis termasuk dalam bisnis perikanan dapat dipahami karena
sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi
dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis
dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Wilkinson dan
Cerullo,1997).
Teknologi informasi di bidang perikanan berkembang sangat
pesat, terutama dalam bidang penangkapan dan manajemen sumberdaya perairan
tawar dan laut. Dalam bidang perikanan tangkap teknologi informasi sangat
dibutuhkan sebagai petunjuk arah dan informasi dalam menangkap ikan. Melalui
peta satelit wilayah penangkapan, dan GPS, nelayan dapat mengetahui letak ikan
yang siap untuk ditangkap dan adalam jumlah besar. Sedangkan di bidang
manajemen sumberdaya perairan, sebelum menyusun rencana strategi dalam tata
ruang dibutuhkan peta zonasi tujuan. Peta-peta tersebut diperoleh melalui
aplikasi teknologi khusus bidang perikanan. Melalui teknologi informasi yang
semakin maju, peneliti dapat menentukan daerah ruaya ikan, daerah penyebaran
fitoplankton, daerah rawa bencana, alur kabel bawah laut, sumber air tawar
bawah laut, dll.
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa wilayah perairan
masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya, sedangkan di
beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau
overfishing. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil
tangkapan ikan adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi
oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada
penangkap ikan terutama para kapal nelayan tradisional berangkat melaut bukan
untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan sehingga selalu berada
dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan,
sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Di samping itu, sebagai
akibat dari ketidakpastian lokasi penangkapan mengakibatkan kapal penangkap
banyak menghabiskan waktu dan bahan bakar untuk mencari lokasi fishing ground,
dan ini berarti terjadi pemborosan bahan bakar. Jadi, walaupun di Indonesia teknologi informasi di bidang perikanannya
sudah maju tetapi masih banyak nelayan yang belum bisa memanfaatkan secara
optimal.
II.
Metodelogi
Metode yang digunakan bersifat pasif dan menggunakan data
sekunder, yaitu ilmu pengetahuan tentang teknik informasi dalam bidang
perikanan yang dikemukakan oleh para ahli melalui buku dan hasil
peneelitiannya. Materi diskusi yang telah diperoleh penulis di dalam
perkuliahan kemudian dibandingkan dengan pendapat para ahli melalui data
sekunder yang ada sebagai bahan pertimbangan.
III.
Pembahasan
Di era globalisasi saat ini, kapal-kapal penangkap ikan sudah dilengkapi
dengan alat-alat penunjang penangkapan ikan. Manfaat teknologi informasi bagi
nelayan, yaitu :
1.
Meningkatkan
pengetahuan nelayan dalam penggunaan teknologi informasi dalam mendukung
operasi penangkapan ikan di laut
2.
Mengetahui
informasi harian zona potensi penangkapan ikan memberikan kepastian kepada para
nelayan tentang lokasi potensi penangkapan, sehingga meningkatkan efisiensi
biaya operasional, memperpendek masa operasi penangkapan dan meningkatkan hasil
tangkapan.
3.
Mencegah
atau memperkecil kemungkinan terjadinya konflik lokasi penangkapan antara
nelayan kecil/tradisional dengan kapal-kapal besar, dengan cara pengaturan
pemberian informasi zona potensi ikan yang berbeda.
4.
Meningkatkan
produksi ikan dalam rangka peningkatan pemberdayaan dan pengembangan ekonomi
masyarakat nelayan.
Penerapan iptek untuk informasi penangkapan ikan adalah dengan teknologi
penginderan jauh dengan bantuan satelit.
Satelit mampu melakukan observasi terhadap fenomena yang terjadi di
permukaan bumi termasuk di permukaan laut. Penggunaan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dipadu
dengan data cuaca, data oseanografi khususnya kesuburan perairan dan tingkah
laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji
akurasinya, merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian
untuk keperluan peningkatan hasil tangkapan ikan. Hal ini diperkuat oleh
Herawati (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi penginderaan
jauh satelit merupakan suatu alternatif yang perlu dikaji untuk mendapatkan informasi
tentang sumberdaya perairan karena teknologi ini mempunyai keunggulan tadi
dibandingkan pengumpulan data secara konvensional.
jauh satelit merupakan suatu alternatif yang perlu dikaji untuk mendapatkan informasi
tentang sumberdaya perairan karena teknologi ini mempunyai keunggulan tadi
dibandingkan pengumpulan data secara konvensional.
Penginderaan jauh (remote
sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji. Konsep dasar penginderaan jauh terdiri atas beberapa elemen atau komponen
yang meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan
bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan berbagai penggunaan data. Data penginderaan
jauh dapat berupa citra dan atau non-citra. Citra penginderaan jauh merupakan gambaran
yang mirip dengan wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetriknya,
sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik,
analog, dan digital. Data non-citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik (Purwadhi,
2001).
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji. Konsep dasar penginderaan jauh terdiri atas beberapa elemen atau komponen
yang meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan
bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan berbagai penggunaan data. Data penginderaan
jauh dapat berupa citra dan atau non-citra. Citra penginderaan jauh merupakan gambaran
yang mirip dengan wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetriknya,
sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik,
analog, dan digital. Data non-citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik (Purwadhi,
2001).
Saat ini ada 3 satelit yang
memberikan layanan informasi perikana tersebut, yaitu :
1
Satelit NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration) milik Amerika. Satelit NOAA ini
membawa berbagai sensor, dan salah satunya adalah sensor AVHRR (Advanced Very High
Resolution Radiometer).
2
Satelit Sea Star yang
membawa sensor SeaWIFs menghasilkan data konsentrasi khlorofil yang berkaitan erat dengan
konsentrasi plakton di laut.
3
Satelit Feng Yun yang membawa
sensor untuk mendeteksi suhu permukaan laut dan konsentrasi khlorofil di laut.
Identifikasi daerah potensi penangkapan ikan
menggunakan teknologi penginderaan jauh merupakan cara identifikasi tidak
langsung. Dari data penginderaan
jauh dilakukan identifikasi parameter-parameter oseanografi yang berkaitan erat
dengan habitat ikan atau daerah yang diduga potensial sebagai tempat
berkumpulnya ikan, seperti daerah terjadinya termal front atau upwelling. Parameter lain yang sekarang dapat dideteksi
dengan menggunakan teknologi satelit penginderaan jauh adalah kesuburan
perairan, yang sangat erat hubungannya dengan daerah potensi berkumpulnya ikan. Zona potensi berkumpulnya ikan dapat ditentukan dengan kombinasi
data/peta sebaran suhu permukaan laut, kandungan klorofil, pola arus laut,
cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Dari hasil
pengamatan secara multitemporal dapat diketahui bahwa sebaran suhu permukaan
laut di wilayah perairan laut indonesia berubah dengan cepat. dengan demikian
pengamatan terhadap berbagai parameter oseanografi yang berkaitan erat dengan
lingkungan hidup ikan juga harus dilakukan dengan frekuensi pengamatan yang
cukup tinggi, minimal 4 kali dalam sehari.
Informasi data perikanan dari
perolehan dan
pengolahan data satelit LAPAN memiliki dan mengoperasikan perangkat penerima
data satelit NOAA-AVHRR dan Feng Yun yang merupakan inti dari fasilitas untuk
mengembangkan informasi zona potensi harian, terdiri dari dish antena, feedhorn, azimuth-elevation
rotator, preamplifier, satellite autotracking system, hrpt receiver, fasilitas pengolahan
dan analisis data. Data AVHRR yang
diterima terdiri dari 5 (lima) band radiometer dan data Feng Yun terdiri dari 8
(delapan) band radiometer masing-masing dengan resolusi spasial 1.1 km x 1.1
km, menghasilkan data utama berupa suhu permukaan laut dan kandungan khlorofil
yang selanjutnya digabung dengan data sekunder, dikaji dan dianalisis untuk
menyusun prediksi lokasi potensi penangkapan ikan secara harian. Diantara parameter oseanografi yang mempunyai
hubungan erat dengan kehidupan ikan khususnya jenis ikan pelagis adalah suhu
air laut dan kesuburan perairan. Menggunakan data NOAA-AVHRR dapat diperoleh informasi tentang sebaran suhu
permukaan laut untuk area yang sangat luas. Sedangkan dari data seawifs atau
Feng Yun dapat diperoleh data kandungan
khlorofil yang menunjukkan kesuburan perairan. Dari sebaran suhu permukaan laut dan kesuburan perairan dapat diperoleh
informasi tentang fenomena
upwelling/front yang merupakan indikator daerah potensi
berkumpulnya ikan, karena perairan laut indonesia yang sangat dinamis, maka
penggunaan data NOAA-AVHRR dan sea wifs/Feng Yun untuk pengamatan fenomena
oseanografi merupakan alternatif yang sangat tepat karena mempunyai resolusi
temporal (repetitive time) yang cukup tinggi misalnya setiap 4 jam.
Adapun sarana
prasarana pendukung pelaksanaan
sosialisasi dan penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan tersebut
diperlukan sarana komunikasi dan perlengkapan kerja antara lain :
1
Mesin
facsimile, dipergunakan untuk menerima peta zona potensi ikan.
2
GPS
handheld, untuk menentukan posisi lokasi kapal pada saat melakukan operasi
penangkapan ikan di laut.
3
Fishfinder,
untuk mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan pada
peta zona potensi ikan.
4
Radio all
band, sebagai sarana komunikasi antara petugas didarat dengan kapal penangkap
ikan untuk menyampaikan informasi terbaru.
5
Life jackets,
untuk pengamanan petugas pelaksana sosialisasi.
Kegiatan sosialisasi zona potensi penangkapan
ikan harus dilakukan secara aktif agar kesejahteraan nelayan tradisional
meningkat. Kegiatan ini terutama bertujuan untuk
menyusun koordinasi di tingkat desa dalam pemanfaatan informasi harian yang
akan diperoleh, untuk melakukan sosialisasi program diperlukan setidaknya 1
minggu, dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan yang antara lain meliputi materi,
pengenalan peta navigasi laut, penggunaan alat bantu navigasi laut (GPS), penggunaan
fishfinder; serta pengenalan dan penggunaan informasi zona potensi penangkapan
ikan. Menurut Hasym (2004) menyatakan bahwa untuk melakukan
sosialisasi dan penerapan informasi zona potensi dan penerapan informasi zona
potensi penangkapan ikan harian di berbagai daerah lainnya, perlu dilaksanakan kegiatan secara cermat dan
efektif dengan upaya yang cukup berat dan dana yang cukup besar.
Kegiatan operasional penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan
harus dilaksanakan oleh suatu tim sosialisasi, yang terdiri dari personel inti
yaitu personel yang berpengalaman dan ketahanan fisik yang prima, personel
sektor swasta, personel dinas kelautan dan perikanan, personel koperasi
nelayan, para nelayan dan personel dari kamla setempat. Kegiatan ini
dilaksanakan mulai dari penerimaan informasi melalui mesin facsimile,
pengaturan/pembagian lokasi penangkapan, pengawasan operasi penangkapan dan
pengamatan kondisi lapangan. dalam kegiatan penerapan informasi zona potensi
ikan ini, personel inti harus ikut serta dalam operasi penangkapan ikan
sehingga dapat secara langsung memberikan informasi/petunjuk kepada nelayan
tentang lokasi yang tepat untuk menebar jaring. Pelaksanaan kegiatan seperti
ini mempunyai dampak yang sangat baik bagi produsen maupun pengguna informasi.
Bagi produsen informasi, kegiatan ini dapat bermanfaat dalam membuktikan
akurasi informasi yang dihasilkan dan didistribusikan kepada nelayan dan
sekaligus membangun kepercayaan di kalangan masyarakat nelayan bahwa informasi
tersebut diproduksi dengan sungguh-sungguh dan dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas nelayan. sementara bagi nelayan, kegiatan ini sangat bermanfaat
dalam meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi khususnya teknologi
informasi dan teknologi navigasi serta pendukung operasi penangkapan ikan.
Ketika melaksanakan sosialisasi ZPPI harus ada
strategi yang tepat, agar dapat tersalurkan dengan optimal. Adapun strategi
yang cukup bagus dalam sosilaisasi ZPPI, yaitu :
1
Mengumpulkan data mengeai masyarakat nelayan, seperti jumlah nelayan,
jumlah produksi, jalur distribusi, penampung dan pasar, cara penangkapan, alat
produksi, harga, latar belakang pendidikan, kondisi sosial, kultur melaut,
hubungan dalam nasyarakat, kondisi ekonomi, data tentang mengetahui modus
produksi.
2
Mengidentifikasi media komunikasi, termasuk radio, televisi, koran,
majalah, bioskop, buku komik, video, media tradisional dan cerita rakyat
seperti teater pembangunan, buletin informasi pedesaan, brosur, telepon genggam
dan teknologi informasi. Radio dan televisi adalah media paling populer. Juga
diidentifkasi bagaimana nelayan berkonsultasi atau mendapatkan informasi baik
dari pejabat pemerintah dan non pemerintah, dan juga dari petugas-petugas
pertanian dan perikanan kota dan organisasi masyarakat, politisi setempat dan
para penegak hukum perikanan dan lain-lain.
3
Pertukaran informasi melalui interaksi individu di dalam lembaga terjadi
melalui saluran resmi. Interaksi ini umumnya memerlukan jasa pos dan fax, yang
selalu ditulis dalam bahasa Inggris. Hubungan informal selanjutnya melalui
jalur telepon, dan telepon genggam (termasuk pesan tertulis SMS) dan mesin
faks.
4
Akses terhadap informasi, yaitu bagaimana fokus penyuluhan
bagi nelayan dan masyarakat pantai, metoda penyuluhan meliputi seminar
pelatihan, diskusi, leaflet dan poster serta kolam percontohan (termasuk untuk
budidaya rumput laut dan budidaya tilapia, catfish atau bandeng di pekarangan).
5
Kebutuhan dan rekomendasi, yaitu bahan yang sudah terkumpul kemudian
diolah menjadi bentuk bahan dasar yang akan digunakan untuk menyusun rencana
strategis program kerja.
Berdasarkan hasil perolehan data, ditentukan
informasi dan kebutuhan sosialisasi atau penyuluhan bagi nelayan serta
tanggungjawab para stakeholdernya, dan disampaikan rekomendas-irekomendasi yang
berkaitan, antara lain strategi penyuluhan
perlu skala nasional bagi sektor perikanan dan aquaculture perlu dibuat
dengan cara partisipatif, pelayanan penyuluhan
perlu dirampingkan agar semua pengguna akhir memperolah pelayanan yang adil, informasi penyuluhan
harus ditargetkan dan diuji coba untuk mengoptimalkan efisiensi
komunikasi, mekanisme yang telah ada untuk memperoleh
umpan balik dari masyarakat bagi penyuluh perlu diperkuat. Dari langkah-langkah
tersebut disusunlah rencana kerja lapangan yang harus dilakukan, seperti
memberikan pelatihan kepada para nelayan, bagaimana cara melaut yang merusak,
jenis ikan yang boleh ditangkap, waktu tangkap, lokasi tangkap dan perlengkapan
keselamatan dan lain-lain.
Berangkat dari situasi internal organisasi, pertama sumber daya
organisasi yang ada, baik itu manusia, alat ataupun dana yang tersedia, dapat
disimpulkan bahwa yang bisa dilakukan adalah bentuk sosialisasi dengan biaya
murah. Melihat dari sisi
nelayan, dengan mempertimbangkan jumlah komunitas dan latar belakang
pendidikannya yang relatif rendah, maka dipilihlah alat sosialisasi yang mudah
dimengerti,
diingat, dan bersifat menarik. Kombinasi dari pertimbangan di atas, maka
diputuskan untuk mengunakan alat sosialisasi berupa, poster dan video. Poster
tersebut terdiri dari dua jenis, pertama poster yang berisi gambar-gambar jenis
ikan dan terumbu karang, kedua poster yang berisi teknis menangkap ikan yang
tidak ramah lingkungan. Poster tersebut akan dikemas semenarik mungkin, dengan
gambar dan warna-warna yang mudah diliat dan diingat. Dalam poster akan
digambarkan bentuk ikan dan terumbu karang dengan warna yang berbeda. Dan bahan
poster tersebut juga di bagi dalam dua bahan, pertama yang tahan air, karena akan
dibawa nelayan ketika melaut, kedua bahan yang mudah di tempel, kertas tersebut
akan di tepel di rumah-rumah nelayan dan pengumpul. Sementara poster yang kedua
berisikan tahapan dan tehnik menagkap ikan. Tujuan dari poster tersebut adalah
dapat menghindarkan mereka dari salah teknis menangkap ikan.
Alat lain juga akan digunakan adalah video. Biasanya alat sosialisasi
yang bersifat visual akan menarik dan cepat diingat. Pilihan ini juga
dilatarbelakangi oleh pendidikan nelayan tersebut. Dengan gambar yang bergerak
diharapkan dapat lebih mempercepat proses pendidikan nelayan dalam memahami
bagaimana menangkap ikan yang kurang yang baik. Untuk merangsang para nelayan
dan untuk melihat sejauh mana efektivitas program tersebut, maka para nelayan
yang berhasil, paling tidak, melakukan tingkat kesalahan yang relative kecil,
akan diberikan penghargaan tertentu. Dengan begitu selain penghasilan mereka
meningkat, ada rasa bangga dan penghargaaan yang diberikan atas prestasi kerja
mereka. Jadi dua alat sosialisasi tersebut akan saling
mendukung program pendidikan untuk nelayan dengan harapan kesalahan dapat
diminimalisir, kelestarian dapat dijaga, pendapatan dan kesejahteraan nelayan
meningkat dan, yang lebih
penting lagi adalah tujuan untuk memasyarakatkan informasi perikanan dan melaut
ramah lingkungan dapat diwujudkan.
Dalam sosialisasi dan akses informasi dan
komuikasi perikanan ini ada semacam alur yang menggambarkan adanya sebuah
proses. Dari proses pengenalan, pemahaman, hingga latihan praktik para nelayan.
Hal yang harus disadari, tak ada “resep generik”
tentang cara “meramu” program strategi sosialisasi dan akses informasi dan
komunikasi. Sebab, semua terkait dengan rencana strategis masing-masing
stakeholders, sasaran dan juga kapasitas organisasi secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dalam sosialisasi dan akses informasi dan komunikasi kepada
masyarakat nelayan, terdapat 2 hambatan utama yaitu hambatan yang
disebabkan oleh faktor birokrasi dan rendahnya tingkat pendidikan nelayan. Guna
mengatasi hambatan tersebut, perlu dilakukan beberapa pendekatan baik untuk
produksi maupun penerapan informasi. dari sisi produksi informasi perlu
dilakukan pendekatan dengan cara membentuk tim pakar yang bertugas melakukan
evaluasi, verifikasi dan validasi terhadap metode produksi dan penerapan
sosialisasi dan informasi. Sosialisasi dan akses informasi dan komunikasi
pada kenyataannya bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sebuah
kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain.
Seperti, teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi, antropologi dan komunikasi dalam
rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat, dipengaruhi oleh
perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim ekonomi, sosial dan politik
yang kompleks. Jadi, perlu disyadari bahwa strategi pelaksanaan sosialisasi dan
informasi dan komunikasi perikanan perlu dikaji dan ditinjau secara berkala.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah didapatkan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1
Penggunaan teknologi penginderaan jauh (inderaja)
dipadu dengan data cuaca, data oseanografi khususnya kesuburan perairan dan
tingkah laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji
akurasinya, merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian
untuk keperluan peningkatan hasil tangkapan ikan.
2
Saat ini
ada 3 satelit yang
memberikan layanan informasi perikana, yaitu Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)
milik Amerika, Satelit Sea Star dan Satelit Feng Yun.
3
Kegiatan sosialisasi zona potensi penangkapan
ikan harus dilakukan secara aktif agar kesejahteraan nelayan tradisional
meningkat.
V.
Daftar Pustaka
Hasym, B. 2004. Penerapan
Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Untuk Mendukung Usaha Peningkatan Produksi Dan Efisiensi Operasi Penangkapan Ikan. Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor
Herawati, V. E. 2008. Analisis Kesesuaian Perairan Segara Anakan
Kabupaten Cilacap Sebagai Lahan Budidaya Kerang Totok
(Polymesoda Erosa) Ditinjau Dari Aspek Produktifitas Primer
Menggunakan Penginderaan Jauh. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang
Kabupaten Cilacap Sebagai Lahan Budidaya Kerang Totok
(Polymesoda Erosa) Ditinjau Dari Aspek Produktifitas Primer
Menggunakan Penginderaan Jauh. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang
Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi
Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta
Indonesia: Jakarta
Wilkinson, C. K. 1987. Information Sistem For Accounting And Management,
Concept, Applications,
Technology, : Essential Concept And Application. Prentice Hall Engelewood Cliffs : Usa
_________dan Cerullo. 1997. Accounting
Information Sistem : Essential Concept And Application , Third
Edition.
Jhon Wiley And Sons : Usa
Komentar
Posting Komentar