Langsung ke konten utama

paper 3 mata kuliah teknologi informasi dalam bidang perikanan

Teknologi Informasi Manajemen Perikanan (Perencanaan, Pembangunan Dan Pengembangan Perikanan Tangkap)
I.         Pendahuluan
Teknologi informasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan pengetahuan yang didapat manusia untuk memahami dan memberikan informasi dengan menggunakan teknologi yang ada sehingga prosesnya menjadi lebih cepat, luas, dll. Selain itu teknologi Informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas ruang dan waktu. Selain memberikan informasi, peran Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam kontribusinya memberikan dukungan kepada berbagai sektor kehidupan masyarakat berupa peningkatan efisiensi serta produktivitas.  Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan bisnis termasuk dalam bisnis perikanan dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Wilkinson dan Cerullo,1997).
Teknologi informasi di bidang perikanan berkembang sangat pesat, terutama dalam bidang penangkapan dan manajemen sumberdaya perairan tawar dan laut. Dalam bidang perikanan tangkap teknologi informasi sangat dibutuhkan sebagai petunjuk arah dan informasi dalam menangkap ikan. Melalui peta satelit wilayah penangkapan, dan GPS, nelayan dapat mengetahui letak ikan yang siap untuk ditangkap dan adalam jumlah besar. Sedangkan di bidang manajemen sumberdaya perairan, sebelum menyusun rencana strategi dalam tata ruang dibutuhkan peta zonasi tujuan. Peta-peta tersebut diperoleh melalui aplikasi teknologi khusus bidang perikanan. Melalui teknologi informasi yang semakin maju, peneliti dapat menentukan daerah ruaya ikan, daerah penyebaran fitoplankton, daerah rawa bencana, alur kabel bawah laut, sumber air tawar bawah laut, dll.
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah  tidak merata. Di beberapa wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya, sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada penangkap ikan terutama para kapal nelayan tradisional berangkat melaut bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan sehingga selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Di samping itu, sebagai akibat dari ketidakpastian lokasi penangkapan mengakibatkan kapal penangkap banyak menghabiskan waktu dan bahan bakar untuk mencari lokasi fishing ground, dan ini berarti terjadi pemborosan bahan bakar. Jadi, walaupun di Indonesia teknologi informasi di bidang perikanannya sudah maju tetapi masih banyak nelayan yang belum bisa memanfaatkan secara optimal.
II.      Metodelogi
Metode yang digunakan bersifat pasif dan menggunakan data sekunder, yaitu ilmu pengetahuan tentang teknik informasi dalam bidang perikanan yang dikemukakan oleh para ahli melalui buku dan hasil peneelitiannya. Materi diskusi yang telah diperoleh penulis di dalam perkuliahan kemudian dibandingkan dengan pendapat para ahli melalui data sekunder yang ada sebagai bahan pertimbangan.
III.   Pembahasan
Di era globalisasi saat ini, kapal-kapal penangkap ikan sudah dilengkapi dengan alat-alat penunjang penangkapan ikan. Manfaat teknologi informasi bagi nelayan, yaitu :
1.      Meningkatkan pengetahuan nelayan dalam penggunaan teknologi informasi dalam mendukung operasi penangkapan ikan di laut
2.      Mengetahui informasi harian zona potensi penangkapan ikan memberikan kepastian kepada para nelayan tentang lokasi potensi penangkapan, sehingga meningkatkan efisiensi biaya operasional, memperpendek masa operasi penangkapan dan meningkatkan hasil tangkapan.
3.      Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya konflik lokasi penangkapan antara nelayan kecil/tradisional dengan kapal-kapal besar, dengan cara pengaturan pemberian informasi zona potensi ikan yang berbeda.
4.      Meningkatkan produksi ikan dalam rangka peningkatan pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan.
Penerapan iptek untuk informasi penangkapan ikan adalah dengan  teknologi penginderan jauh dengan bantuan satelit. Satelit mampu melakukan observasi terhadap fenomena yang terjadi di permukaan bumi termasuk di permukaan laut. Penggunaan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dipadu dengan data cuaca, data oseanografi khususnya kesuburan perairan dan tingkah laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji akurasinya, merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan peningkatan hasil tangkapan ikan. Hal ini diperkuat oleh Herawati (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi penginderaan
jauh satelit merupakan suatu alternatif yang perlu dikaji untuk mendapatkan informasi
tentang sumberdaya perairan karena teknologi ini mempunyai keunggulan tadi
dibandingkan pengumpulan data secara konvensional.
Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji. Konsep dasar penginderaan jauh terdiri atas beberapa elemen atau komponen
yang meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan
bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan berbagai penggunaan data. Data penginderaan
jauh dapat berupa citra dan atau non-citra. Citra penginderaan jauh merupakan gambaran
yang mirip dengan wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetriknya,
sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik,
analog, dan digital. Data non-citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik (Purwadhi,
2001).
Saat ini ada 3 satelit yang memberikan layanan informasi perikana tersebut, yaitu : 
1        Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) milik Amerika.                                                                                  Satelit NOAA ini membawa berbagai sensor, dan salah satunya adalah sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer).
2        Satelit Sea Star yang membawa sensor SeaWIFs menghasilkan data konsentrasi khlorofil yang berkaitan erat dengan konsentrasi plakton di laut.
3        Satelit Feng Yun yang membawa sensor untuk mendeteksi suhu permukaan laut dan konsentrasi khlorofil di laut.
Identifikasi daerah potensi penangkapan ikan menggunakan teknologi penginderaan jauh merupakan cara identifikasi tidak langsung. Dari data penginderaan jauh dilakukan identifikasi parameter-parameter oseanografi yang berkaitan erat dengan habitat ikan atau daerah yang diduga potensial sebagai tempat berkumpulnya ikan, seperti daerah terjadinya termal front atau upwelling. Parameter lain yang sekarang dapat dideteksi dengan menggunakan teknologi satelit penginderaan jauh adalah kesuburan perairan, yang sangat erat hubungannya dengan daerah potensi berkumpulnya ikan. Zona potensi berkumpulnya ikan  dapat ditentukan dengan kombinasi data/peta sebaran suhu permukaan laut, kandungan klorofil, pola arus laut, cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Dari hasil pengamatan secara multitemporal dapat diketahui bahwa sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan laut indonesia berubah dengan cepat. dengan demikian pengamatan terhadap berbagai parameter oseanografi yang berkaitan erat dengan lingkungan hidup ikan juga harus dilakukan dengan frekuensi pengamatan yang cukup tinggi, minimal 4 kali dalam sehari.
            Informasi data perikanan dari perolehan dan pengolahan data satelit LAPAN memiliki dan mengoperasikan perangkat penerima data satelit NOAA-AVHRR dan Feng Yun yang merupakan inti dari fasilitas untuk mengembangkan informasi zona potensi harian, terdiri dari dish antena, feedhorn, azimuth-elevation rotator, preamplifier, satellite autotracking system, hrpt receiver, fasilitas pengolahan dan analisis data. Data AVHRR yang diterima terdiri dari 5 (lima) band radiometer dan data Feng Yun terdiri dari 8 (delapan) band radiometer masing-masing dengan resolusi spasial 1.1 km x 1.1 km, menghasilkan data utama berupa suhu permukaan laut dan kandungan khlorofil yang selanjutnya digabung dengan data sekunder, dikaji dan dianalisis untuk menyusun prediksi lokasi potensi penangkapan ikan secara harian. Diantara parameter oseanografi yang mempunyai hubungan erat dengan kehidupan ikan khususnya jenis ikan pelagis adalah suhu air laut dan kesuburan perairan. Menggunakan data NOAA-AVHRR dapat diperoleh informasi tentang sebaran suhu permukaan laut untuk area yang sangat luas. Sedangkan dari data seawifs atau Feng Yun dapat diperoleh data kandungan khlorofil yang menunjukkan kesuburan perairan. Dari sebaran suhu permukaan laut dan kesuburan perairan dapat diperoleh informasi tentang fenomena upwelling/front yang merupakan indikator daerah potensi berkumpulnya ikan, karena perairan laut indonesia yang sangat dinamis, maka penggunaan data NOAA-AVHRR dan sea wifs/Feng Yun untuk pengamatan fenomena oseanografi merupakan alternatif yang sangat tepat karena mempunyai resolusi temporal (repetitive time) yang cukup tinggi misalnya setiap 4 jam.
            Adapun sarana prasarana pendukung pelaksanaan sosialisasi dan penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan tersebut diperlukan sarana komunikasi dan perlengkapan kerja antara lain :
1        Mesin facsimile, dipergunakan untuk menerima peta zona potensi ikan.
2        GPS handheld, untuk menentukan posisi lokasi kapal pada saat melakukan operasi penangkapan ikan di laut.
3        Fishfinder, untuk mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan pada peta zona potensi ikan.
4        Radio all band, sebagai sarana komunikasi antara petugas didarat dengan kapal penangkap ikan untuk menyampaikan informasi terbaru.
5        Life jackets, untuk pengamanan petugas pelaksana sosialisasi.
Kegiatan sosialisasi zona potensi penangkapan ikan harus dilakukan secara aktif agar kesejahteraan nelayan tradisional meningkat. Kegiatan ini terutama bertujuan untuk menyusun koordinasi di tingkat desa dalam pemanfaatan informasi harian yang akan diperoleh, untuk melakukan sosialisasi program diperlukan setidaknya 1 minggu, dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan yang antara lain meliputi materi, pengenalan peta navigasi laut, penggunaan alat bantu navigasi laut (GPS), penggunaan fishfinder; serta pengenalan dan penggunaan informasi zona potensi penangkapan ikan. Menurut Hasym (2004) menyatakan bahwa untuk melakukan sosialisasi dan penerapan informasi zona potensi dan penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan harian di berbagai daerah lainnya, perlu dilaksanakan kegiatan secara cermat dan efektif dengan upaya yang cukup berat dan dana yang cukup besar.
Kegiatan operasional penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan harus dilaksanakan oleh suatu tim sosialisasi, yang terdiri dari personel inti yaitu personel yang berpengalaman dan ketahanan fisik yang prima, personel sektor swasta, personel dinas kelautan dan perikanan, personel koperasi nelayan, para nelayan dan personel dari kamla setempat. Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari penerimaan informasi melalui mesin facsimile, pengaturan/pembagian lokasi penangkapan, pengawasan operasi penangkapan dan pengamatan kondisi lapangan. dalam kegiatan penerapan informasi zona potensi ikan ini, personel inti harus ikut serta dalam operasi penangkapan ikan sehingga dapat secara langsung memberikan informasi/petunjuk kepada nelayan tentang lokasi yang tepat untuk menebar jaring. Pelaksanaan kegiatan seperti ini mempunyai dampak yang sangat baik bagi produsen maupun pengguna informasi. Bagi produsen informasi, kegiatan ini dapat bermanfaat dalam membuktikan akurasi informasi yang dihasilkan dan didistribusikan kepada nelayan dan sekaligus membangun kepercayaan di kalangan masyarakat nelayan bahwa informasi tersebut diproduksi dengan sungguh-sungguh dan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas nelayan. sementara bagi nelayan, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi khususnya teknologi informasi dan teknologi navigasi serta pendukung operasi penangkapan ikan.
Ketika melaksanakan sosialisasi ZPPI harus ada strategi yang tepat, agar dapat tersalurkan dengan optimal. Adapun strategi yang cukup bagus dalam sosilaisasi ZPPI, yaitu :
1        Mengumpulkan data mengeai masyarakat nelayan, seperti jumlah nelayan, jumlah produksi, jalur distribusi, penampung dan pasar, cara penangkapan, alat produksi, harga, latar belakang pendidikan, kondisi sosial, kultur melaut, hubungan dalam nasyarakat, kondisi ekonomi, data tentang mengetahui modus produksi.
2        Mengidentifikasi media komunikasi, termasuk radio, televisi, koran, majalah, bioskop, buku komik, video, media tradisional dan cerita rakyat seperti teater pembangunan, buletin informasi pedesaan, brosur, telepon genggam dan teknologi informasi. Radio dan televisi adalah media paling populer. Juga diidentifkasi bagaimana nelayan berkonsultasi atau mendapatkan informasi baik dari pejabat pemerintah dan non pemerintah, dan juga dari petugas-petugas pertanian dan perikanan kota dan organisasi masyarakat, politisi setempat dan para penegak hukum perikanan dan lain-lain.
3        Pertukaran informasi melalui interaksi individu di dalam lembaga terjadi melalui saluran resmi. Interaksi ini umumnya memerlukan jasa pos dan fax, yang selalu ditulis dalam bahasa Inggris. Hubungan informal selanjutnya melalui jalur telepon, dan telepon genggam (termasuk pesan tertulis SMS) dan mesin faks.
4        Akses terhadap informasi, yaitu bagaimana fokus penyuluhan bagi nelayan dan masyarakat pantai, metoda penyuluhan meliputi seminar pelatihan, diskusi, leaflet dan poster serta kolam percontohan (termasuk untuk budidaya rumput laut dan budidaya tilapia, catfish atau bandeng di pekarangan).
5        Kebutuhan dan rekomendasi, yaitu bahan yang sudah terkumpul kemudian diolah menjadi bentuk bahan dasar yang akan digunakan untuk menyusun rencana strategis program kerja.
Berdasarkan hasil perolehan data, ditentukan informasi dan kebutuhan sosialisasi atau penyuluhan bagi nelayan serta tanggungjawab para stakeholdernya, dan disampaikan rekomendas-irekomendasi yang berkaitan, antara lain strategi penyuluhan perlu skala nasional bagi sektor perikanan dan aquaculture perlu dibuat dengan cara partisipatif, pelayanan penyuluhan perlu dirampingkan agar semua pengguna akhir memperolah pelayanan yang adil, informasi penyuluhan harus ditargetkan dan diuji coba untuk mengoptimalkan efisiensi komunikasi, mekanisme yang telah ada untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat bagi penyuluh perlu diperkuat. Dari langkah-langkah tersebut disusunlah rencana kerja lapangan yang harus dilakukan, seperti memberikan pelatihan kepada para nelayan, bagaimana cara melaut yang merusak, jenis ikan yang boleh ditangkap, waktu tangkap, lokasi tangkap dan perlengkapan keselamatan dan lain-lain.
Berangkat dari situasi internal organisasi, pertama sumber daya organisasi yang ada, baik itu manusia, alat ataupun dana yang tersedia, dapat disimpulkan bahwa yang bisa dilakukan adalah bentuk sosialisasi dengan biaya murah. Melihat dari sisi nelayan, dengan mempertimbangkan jumlah komunitas dan latar belakang pendidikannya yang relatif rendah, maka dipilihlah alat sosialisasi yang mudah dimengerti, diingat, dan bersifat menarik. Kombinasi dari pertimbangan di atas, maka diputuskan untuk mengunakan alat sosialisasi berupa, poster dan video. Poster tersebut terdiri dari dua jenis, pertama poster yang berisi gambar-gambar jenis ikan dan terumbu karang, kedua poster yang berisi teknis menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Poster tersebut akan dikemas semenarik mungkin, dengan gambar dan warna-warna yang mudah diliat dan diingat. Dalam poster akan digambarkan bentuk ikan dan terumbu karang dengan warna yang berbeda. Dan bahan poster tersebut juga di bagi dalam dua bahan, pertama yang tahan air, karena akan dibawa nelayan ketika melaut, kedua bahan yang mudah di tempel, kertas tersebut akan di tepel di rumah-rumah nelayan dan pengumpul. Sementara poster yang kedua berisikan tahapan dan tehnik menagkap ikan. Tujuan dari poster tersebut adalah dapat menghindarkan mereka dari salah teknis menangkap ikan.
Alat lain juga akan digunakan adalah video. Biasanya alat sosialisasi yang bersifat visual akan menarik dan cepat diingat. Pilihan ini juga dilatarbelakangi oleh pendidikan nelayan tersebut. Dengan gambar yang bergerak diharapkan dapat lebih mempercepat proses pendidikan nelayan dalam memahami bagaimana menangkap ikan yang kurang yang baik. Untuk merangsang para nelayan dan untuk melihat sejauh mana efektivitas program tersebut, maka para nelayan yang berhasil, paling tidak, melakukan tingkat kesalahan yang relative kecil, akan diberikan penghargaan tertentu. Dengan begitu selain penghasilan mereka meningkat, ada rasa bangga dan penghargaaan yang diberikan atas prestasi kerja mereka. Jadi dua alat sosialisasi tersebut akan saling mendukung program pendidikan untuk nelayan dengan harapan kesalahan dapat diminimalisir, kelestarian dapat dijaga, pendapatan dan kesejahteraan nelayan meningkat dan, yang lebih penting lagi adalah tujuan untuk memasyarakatkan informasi perikanan dan melaut ramah lingkungan dapat diwujudkan.
Dalam sosialisasi dan akses informasi dan komuikasi perikanan ini ada semacam alur yang menggambarkan adanya sebuah proses. Dari proses pengenalan, pemahaman, hingga latihan praktik para nelayan. Hal yang harus disadari, tak ada “resep generik” tentang cara “meramu” program strategi sosialisasi dan akses informasi dan komunikasi. Sebab, semua terkait dengan rencana strategis masing-masing stakeholders, sasaran dan juga kapasitas organisasi secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam sosialisasi dan akses informasi dan komunikasi kepada masyarakat nelayan, terdapat 2 hambatan utama yaitu hambatan yang disebabkan oleh faktor birokrasi dan rendahnya tingkat pendidikan nelayan. Guna mengatasi hambatan tersebut, perlu dilakukan beberapa pendekatan baik untuk produksi maupun penerapan informasi. dari sisi produksi informasi perlu dilakukan pendekatan dengan cara membentuk tim pakar yang bertugas melakukan evaluasi, verifikasi dan validasi terhadap metode produksi dan penerapan sosialisasi dan informasi. Sosialisasi dan akses informasi dan komunikasi pada kenyataannya bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan lain. Seperti, teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi, antropologi dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat, dipengaruhi oleh perilaku interaktif yang terus berubah, dalam iklim ekonomi, sosial dan politik yang kompleks. Jadi, perlu disyadari bahwa strategi pelaksanaan sosialisasi dan informasi dan komunikasi perikanan perlu dikaji dan ditinjau secara berkala.
IV.   Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah didapatkan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1        Penggunaan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dipadu dengan data cuaca, data oseanografi khususnya kesuburan perairan dan tingkah laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji akurasinya, merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan peningkatan hasil tangkapan ikan.
2        Saat ini ada 3 satelit yang memberikan layanan informasi perikana, yaitu Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) milik Amerika, Satelit Sea Star dan Satelit Feng Yun.
3        Kegiatan sosialisasi zona potensi penangkapan ikan harus dilakukan secara aktif agar kesejahteraan nelayan tradisional meningkat.
V.      Daftar Pustaka
Hasym, B. 2004. Penerapan Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Untuk                        Mendukung Usaha Peningkatan Produksi Dan Efisiensi Operasi Penangkapan                   Ikan. Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor

Herawati, V. E. 2008. Analisis Kesesuaian Perairan Segara Anakan
                        Kabupaten Cilacap Sebagai Lahan Budidaya Kerang Totok
                        (Polymesoda Erosa) Ditinjau Dari Aspek Produktifitas Primer
                        Menggunakan Penginderaan Jauh
. Program Studi Magister Manajemen                             Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang

Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana
                        Indonesia: Jakarta

Wilkinson, C. K. 1987. Information Sistem For Accounting And Management, Concept,                     Applications, Technology, : Essential Concept And Application. Prentice Hall                    Engelewood Cliffs : Usa

            _________dan Cerullo. 1997. Accounting Information Sistem : Essential   Concept                       And Application , Third Edition. Jhon Wiley And Sons : Usa








Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOOD HABIT IKAN SECARA UMUM

FOOD HABIT (KEBIASAAN MAKAN) IKAN SECARA UMUM Oleh WULANDARI  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai makhluk hidup di dalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan pemenuhan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangaan serta reproduksi yang dilakukannya. Ikan akan mengambil makanan di perairan kemudian mencernanya dan mengubahnya menjadi energi yang akan mendukung semua aktivitas ikan. Jika terdapat kelebihan energi dari makanannya, maka energi tersebut akan berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan sel ikan. Jadi, kecukupan jumlah makanan ini sangat penting untuk ikan dalam ruang lingkup yang luas. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi populasi akibat dari makanan yaitu, jumlah dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), lama masa pengambilan dan cara makan ikan (feeding habits). Jadi, ke

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ( MAGANG) PT. SUMBER MINA BAHARI Disusun oleh : Dana Yuli Agustina                  26010115120016 Maya Sri Mulyani                     26010115120018 Wulandari                                26010115140094 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016   BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Hal itu tidaklah cukup jika seorang mahasiswa telah memasuki dunia kerja, karena yang didapatkan hanya teorinya saja dan praktikum yang dilakukan juga hanya sebentar (kurang lebih 2 hari 1 malam). Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instans

BAB III PEMBAHASAN LAPORAN HASIL MAGANG PASTEURIZED CARB MEAT PT SUMBER MINA BAHARI

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jadwal Kegiatan Rutinitas PT Sumber Mina Bahari Setiap perusahaan mempunyai kebijakannya masing-masing untuk mengatur rumah tangganya secara internal maupun eksternal. Dalam setiap perusahaan juga memiliki jadwal kerja yang harus dilaksanakan setiap harinya. Proses produksi pada PT Sumber Mina Bahari dilaksanakan setiap Hari Senin sampai Sabtu dan dimulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Seandainya pada hari itu daging rajungan dari  mini plant  masih ada maka diadakan jam lembur yang jumlah jam kerjanya tidak lebih dari 7 jam kerja karyawan normal. Sebelum memulai aktivitas bekerja semua karyawan PT Sumber Mina Bahari harus absen terlebih dahulu dengan cara  scan  sidik jari. Absen inilah yang menunjukkan kehadiran dari karyawan. Ketika memasuki ruang produksi semua karyawan harus dipastikan untuk memenuhi dan mematuhi syarat pada standar GMP yang ada. Untuk memastikan hal tersebut maka sebelum masuk ruang produksi, setiap karyawan dilakukan cheker pada pin